JATIMTIMES - Kesulitan hidup tak pandang bulu, bahkan menimpa sosok besar seperti Sang Hujjatul Islam, Imam Al-Ghazali. Dalam perjalanan hidupnya, ia pernah menghadapi cobaan berat yang hampir menghancurkan iman dan fisiknya.
Kisah ini diabadikan dalam Yanaabi'u Ar-Rajaa': 60 Sunnah Rabbaniyah Wabisarah Ilahiyah karya Khalid Abu Syadi, yang diterjemahkan oleh Misbahul Munir.
Baca Juga : Doa Bulan Rajab yang Diamalkan Rasulullah
Peristiwa tersebut terjadi pada Rajab 488 Hijriah. Imam Al-Ghazali sendiri mengisahkan betapa ia terombang-ambing antara tarikan duniawi dan panggilan akhirat selama enam bulan. Keadaan itu memuncak ketika Allah SWT mengunci lisannya sehingga ia tak lagi mampu mengajar.
"Aku senantiasa terombang-ambing antara tarikan syahwat dunia dan dorongan akhirat selama sekitar enam bulan... Allah mengunci lisanku hingga aku tidak mampu mengajar," tutur Imam Al-Ghazali dalam Al-Munqidz min Adh-Dhalal.
Ketika lisannya terkunci, Imam Al-Ghazali tetap memaksakan diri untuk mengajar demi menyenangkan para pengikutnya. Namun, setiap usaha gagal. Kondisi ini membuatnya benar-benar merasa tak berdaya.
Pada titik itulah ia menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah SWT, layaknya seorang hamba yang terdesak dan tak memiliki daya upaya. Dalam kondisi tersebut, doanya diijabah.
"Doaku pun dikabulkan oleh Tuhan yang mengabulkan orang terdesak ketika ia berdoa kepada-Nya," kenangnya.
Peristiwa ini menjadi titik balik bagi Imam Al-Ghazali. Ia mulai merasakan kenikmatan berpaling dari kehidupan duniawi, meninggalkan kedudukan, harta, keturunan, dan pengikut.
Baca Juga : Segala Hajat Malam 27 Rajab Isra' Mi'raj Dikabulkan, Ini Caranya
Pengalaman spiritual ini memberikan pelajaran mendalam tentang pentingnya keterdesakan dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dalam kitab Al-Hikam Al-'Atha'iyyah, disebutkan bahwa tidak ada sesuatu yang lebih cepat mendatangkan karunia selain sikap merendah dan merasa fakir di hadapan Allah.
Khalid Abu Syadi, penulis Yanaabi'u Ar-Rajaa', menggambarkan keterdesakan sebagai harta karunia Allah SWT. Ia menegaskan bahwa kesulitan yang dialami orang-orang beriman adalah kunci bagi datangnya karunia besar.
Kisah perjuangan Imam Al-Ghazali mengajarkan kita untuk tidak berputus asa dalam menghadapi ujian kehidupan. Cobaan, seberat apa pun, dapat menjadi jalan menuju kedekatan dengan Allah SWT, asalkan seseorang mampu berserah diri dengan sepenuh hati.
Imam Al-Ghazali meninggalkan jejak kehidupan yang sarat dengan hikmah. Dari cobaan yang nyaris merusak dirinya, ia justru menemukan makna sejati dalam berpaling dari dunia dan mengutamakan akhirat. Kisah ini menjadi pengingat bahwa dalam keterdesakan, selalu ada peluang untuk meraih kebaikan dan karunia-Nya yang melimpah.