BONDOWOSOTIMES - Warga Desa Kembang, Kecamatan Bondowoso, ini hidup sebatangkara di tengah kondisi yang amat memprihatinkan. Adalah Mbah Satriya, seorang pemulung yang telah lama ditinggal mati oleh suaminya.
Mbah Satriya tinggal di rumah tak layak huni berukuran 4 x 3 m2 di dekat bantaran sungai, tepatnya di RT 24 RW 08. Ia tinggal terpisah dengan kedua anaknya yang masing-masing telah berkeluarga.
Baca Juga : Sempat Tertunda Lantaran Pandemi, Puskesmas Bareng Bakal Direlokasi Pada 2022
Kondisi rumah yang ia huni sudah rusak, bahkan hampir roboh. Tak ada sekat antara tempat tidur dan dapur. Di dalam rumah, Mbah Satriya tidur bersama sampah yang ia pungut.
Perempuan berusia 83 tahun ini tidak mendapatkan bantuan sosial dari pemerintah daerah maupun pusat sejak lima tahun terakhir. Atau semenjak ditinggal mati suaminya. "Saya tidak pernah menerima bantuan," ungkapnya, Rabu (10/2/2021).
Dulu, saat masih tinggal bersama suami, Mbah Satriya adalah salah satu penerima bantuan beras untuk masyarakat miskin (raskin). Namun, sepeninggal suaminya, bantuan tersebut dicabut. "Tidak dapat setelah suami saya meninggal," katanya sedih.
Menurut Sri Ningsih, ketua RT setempat, Mbah Satriya juga tidak tersentuh bantuan sosial covid-19 selama pandemi melanda. Anehnya, justru yang keluar sebagai penerima bansos adalah almarhum suaminya. Alhasil, bantuan tersebut tidak bisa dia wakilkan.
Baca Juga : Benarkah Minum Air Putih Bisa Atasi Kekentalan Darah Pasien Covid-19?
"Kemarin pas covid-19 dia dapat bantuan, tapi atas nama suami. Suaminya meninggal. Karena bukan namanya, jadi dia dicoret. Katanya kecamatan mau diganti namanya. Tapi sampai sekarang, tidak ada kabar," ujar Sri Ningsih.