Jelang tutup tahun 2020, percepatan pemulihan perekonomian menjadi fokus utama Pemerintah Kota (Pemkot) Malang. Terlebih, saat ini roda perekonomian terbilang belum stabil akibat pandemi Covid-19.
Hal inilah yang dirembukkan dalam acara Pengarahan High Level Meeting (HLM) Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kota Malang dalam rangka Koordinasi Pengendalian Inflasi Menjelang Natal dan Tahun Baru 2021 di Atria Hotel Malang, Rabu (25/11/2020).
Baca Juga : Dewan Setujui Proyeksi APBD Kota Malang 2021 Senilai Rp 2,042 Triliun
Wakil Wali Kota Malang Sofyan Edi Jarwoko mengatakan kondisi perekonomian di Kota Malang masih belum pulih. Meski, kondisinya dikatakan lebih baik dibandingkan tingkat Jawa Timur dan Nasional, tapi target pencapaian perekonomian yang diinginkan bisa kembali tinggi.
"Inflasi Kota Malang di bulan Oktober itu pada posisi 1,2 persen, itu satu kondisi ekonomi yang boleh dikatakan masih belum bersemangat. Walaupun itu jauh lebih bagus dibanding daripada kondisi di Jawa Timur dan Nasional. Kita ingin lebih daripada itu, pada posisi 2,5 itu agak mending ya, situasinya ekonominya menghangatlah," jelasnya.
Menurut dia, peran dari TPID sangat penting guna menyongsong pertumbuhan ekonomi Kota Malang di akhir tahun 2020 nanti. Meski, hal itu diakuinya tidak bisa serta merta secara langsung dilakukan, namun bisa dijalankan bertahap.
Yang mana, perlu membuat planning atau rencana kerja untuk meningkatkan angka inflasi agar lebih baik khususnya dalam menghadapi hari Natal dan Tahun Baru 2021 mendatang.
"Bagaimana agar angka inflasi lebih baik, meskipun pelaksanaannya bertahap sesuai dengan karakteristik Kota Malang. Konsolidasi daripada kondisi yang ada di Malang, karakteristiknya seperti apa supaya bisa bergerak, mulainya darimana. Malang ini kota pendidikan, 500 ribu mahasiswa kalau semua bergerak maka ekonomi juga akan bergerak," imbuhnya.
Lebih jauh, Bung Edi (sapaan akrabnya) menyampaikan ada tantangan yang harus dihadapi TPID dalam menyongsong akhir tahun 2020 tersebut. Di antaranya, faktor libur panjang, faktor cuaca, hingga ketersediaan komoditas bahan pokok.
Karenanya, guna menggapai peningkatan perekonomian diharapkan ada mapping atau pemetaan terkait titik titik perekonomian yang rawan. "Dengan satu bulan itu bisa dipetakan, mana titik-titik rawannya dan itu harus ada apa kegiatannya. Supaya ekonominya juga tidak semakin lesu tapi juga semangat. Tantangannya di-maping, hambatannya apa, peluangnya apa. Dan itu bisa disarankan kepada kepala daerah untuk mengambil kebijakan-kebijakan," terangnya.
Baca Juga : DPRD Banyuwangi Mulai Bahas APBD Tahun 2021, Minta Bupati Segera Kirim Berkas Anggaran
Tak hanya itu, pihaknya juga meminta TPID untuk mengidentifikasi komoditas-komoditas yang berpotensi mendongkrak perekonomian. Termasuk kesiapan dalam menyiapkan program di tahun 2021 agar gairah ekonomi dapat kembali menggeliat.
"Yang tidak kalah pentingnya adalah juga mengidentifikasi komoditas-komoditas yang berpotensi bisa mengangkat lebih gairah lagi. Kan sekarang ini ketersediaan melimpah, tapi yang beli kurang, karena lesu, daya beli turun. Ini langkah-langkah apa, komunitas apa saja yang perlu dilakukan (dalam mendongkrak perekonomian)," tandasnya.
Sementara itu, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Malang, Azka Subkhan Aminurridho mengakui jika inflasi jelang akhir tahun cukup rendah. Dalam hal ini, pihaknya menilai ada beberapa upaya yang perlu ditingkatkan dalam mengembalikan geliat pertumbuhan ekonomi.
Salah satunya, yakni dengan menggencarkan kegiatan berbasis UMKM (Usaha Kecil Mikro Menengah) dalam pameran. Meskipun, penerapannya tetap memaksimalkan protokol kesehatan pencegahan Covid-19.
"Sekarang itu inflasi rendah, makannya perlu pengendalian inflasi. Ketika itu rendah, pertumbuhan ekonomi juga rendah. Sekarang ini harusnya menggairahkan ekonomi. Tidak perlu kita sidak, kita tadi diskusi operasi pasar perlu ga, saran saya jangan. Sekarang itu yang dilakukan seperti pameran UMKM secara terbatas dengan protokol kesehatan, hal-hal yang menumbuhkan ekonomi," ungkapnya.