Volume sampah di Kota Malang masih tetap tinggi setiap tahunnya. Bahkan, pada masa pandemi covid-19 seperti sekarang, jumlah sampah cenderung tetap dan tak ada penurunan yang cukup signifikan.
Untuk mengatasi itu, Pemerintah Kota Malang pun membangun dua tempat pembuangan sementara (TPS) baru. Keduanya akan dibangun di Kelurahan Mulyorejo dan Kelurahan Tlogomas.
Baca Juga : Di Lumajang, Mendes PDTT Halim Ingatkan Dana Desa untuk Peningkatan Ekonomi dan Pemberdayaan Warga
Kedua kelurahan dipilih jadi tempat pembangunan TPS baru karena memang memiliki penduduk yang cukup padat dan terbilang sebagai kawasan pemukiman padat.
Berdasarkan data di LPSE Kota Malang, disebutkan anggaran yang digelontorkan untuk pembangunan dua TPS itu sebesar Rp 335 juta. Rinciannya Rp 150 juta untuk pembangunan TPS Mulyorejo dan Rp 185 juta untuk pembangunan TPS Tlogomas..
Bukan hanya menganggarkan penambahan TPS. Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Malang juga menganggarkan pengadaan sepeda motor gerobak roda tiga yang baru. Kendaraan tersebut diperuntukkan mengangkut dan mengelola sampah lebih maksimal. Unit sepeda motor gerobak tersebut dianggarkna Rp 275 juta dan kini tengah dilakukan proses lelang pengadaan.
Sementara itu, Kabid Kesampahan dan Limbah P3 Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Malang Joao M.G De Carvalho menyampaikan, volume sampah yang diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Supit Urang setiap hari mencapai 490 ton. Rata-rata merupakan sampah rumah tangga yang dibawa dari TPS.
"Dan selama pandemi ini jumlah sampah tak berkurang. Masih hampir sama seperti hari biasa. Itu karena konsumsi masyarakat pada dasarnya juga tetap sama," kata dia.
Joao menjelaskan, selama pandemi covid-19 ini, jumlah sampah di jalanan memang berkurang signifikan. Karena beberapa tempat yang dulunya selalu ramai dikunjungi masyarakat saat libur panjang saat ini juga masih belum beroperasi. Di antaranya Alun-Alun Kota Malang, Alun-Alun Tugu, hingga kawasan Jl Trunojoyo.
Beberapa titik itu memang selalu ramai saat libur panjang. Untuk titik yang padat dan ramai tersebut, biasanya sampah yang terkumpul mencapai hampir 10 ton saat ada agenda liburan.
Baca Juga : DPRD Cek Lokasi Pembangunan RTH dan TPS di Sutojayan
Volume sampah yang sangat besar per harinya itu diharapkan bisa lebih ditekan lagi. Masyarakat diharapkan turut serta dalam mengurangi sampah rumah tangga. Salah satunya juga dengan memisahkan sampah sejak dari rumah. Sehingga, sampah yang dapat diolah bisa dimaksimalkan lagi dan tidak sampai ke TPA.
Terlebih usia TPA Supit Urang untuk mengelola sampah menggunakan sanitary landfill kemungkinan bisa selama enam sampai tujuh tahun ke depan. Sehingga, masyarakat memang harus didorong untuk terus mengurangi volume sampah setiap hari.
"Edukasi untuk mengelola sampah terus dilakukan dan masing-masing TPS sekarang sudah memiliki rumah kompos. Tujuannya agar sampah yang dibawa ke TPA tidak terlalu menumpuk," pungkas Joao.