Pertumbuhan ekonomi secara nasional di triwulan ke tiga 2020 tercatat mengalami pertumbuhan positif. Kondisi itu pula terjadi di wilayah kerja BI Malang.
Berdasarkan hasil survei konsumen, tercatat jika pertumbuhan ekonomi di triwulan ke tiga ini mengalami kenaikan dibanding triwulan ke dua 2020.
Baca Juga : Dikenal Pusat Kerajinan Jati, Pemkab Ngawi Asah Kemampuan 20 Perajin Kayu
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Malang, Azka Subhan A menyampaikan, pertumbuhan ekonomi di wilayah kerja BI Malang diprediksi lantaran adanya peningkatan kinerja ekonomi. Di antaranya berasal dari kinerja sektor perdagangan besar dan eceran yang meningkat seiring dengan optimisme peningkatan pada tingkat konsumsi masyarakat.
Hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) KPw Bank Indonesia Malang mengindikasikan, pada triwulan III 2020 terdapat kenaikan omzet secara total dari seluruh pedagang besar dan eceran. Growth omzet mencapai 14,70 persen (qtq), atau lebih tinggi dibandingkan dengan growth omzet triwulan II 2020 sebesar -46,40 persen (qtq).
"Jenis usaha dengan pertumbuhan omzet tertinggi pada triwulan III 2020 adalah suku cadang dan aksesori sebesar 39 persen. Selanjutnya kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 34 persen, dan disusul oleh kelompok perlengkapan rumah tangga lainnya sebesar 32 persen," katanya.
Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KPw Bank Indonesia Malang juga mengindikasikan bahwa kegiatan dunia usaha mulai tumbuh positif pada triwulan III-2020. Sebelumnya, pada triwulan ke dua mengalami kontraksi cukup dalam sebesar -36,67 persen.
Berdasarkan sektor ekonomi, kegiatan usaha pada triwulan III 2020 didorong oleh pertumbuhan kegiatan usaha di sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 7,18 persen. Selanjutnya, industri pengolahan sebesar 6,70 persen, dan pertanian sebesar 2,73 persen.
"Peningkatan realisasi kegiatan usaha disebabkan oleh pelonggaran kebijakan pembatasan sosial dan dimulainya masa transisi ke adaptasi kebiasaan baru," tambah Azka.
Sementara itu, perkembangan tenaga kerja pada triwulan III 2020 masih dalam fase kontraksi. Penurunan penggunaan tenaga kerja terjadi pada seluruh sektor utama, dengan penurunan terdalam pada sektor perdagangan, Hlhotel dan restoran sebesar -9,37 persen. Kemudian industri pengolahan sebesar -5,47 persen, dan pertanian -1,13 persen.
Selain itu, perkembangan kondisi likuiditas dan rentabilitas dunia usaha juga masih menunjukkan penurunan. Hal ini sejalan dengan fungsi intermediasi perbankan yang masih belum optimal. Realisasi investasi pada triwulan III 2020 juga masih terindikasi melambat, tetapi mulai tumbuh jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
"Adapun penurunan realisasi investasi terdalam terjadi pada sektor konstruksi sebesar -9,13 persen. Hal ini sejalan dengan masih rendahnya realisasi investasi fisik baik dari sektor swasta maupun pemerintah," jelasnya.
Lebih jauh Azka menyebut, kondisi positif itu diperkirakan akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di triwulan ke empat 2020. Berdasarkan sektor ekonomi, peningkatan kegiatan dunia usaha diprakirakan terjadi pada industri pengolahan terutama didorong oleh permintaan yang masih relatif baik.
Baca Juga : Pelaku UMKM Bisa Go Digital Lewat Aplikasi Ini
Sementara itu, sektor yang diprakirakan mengalami kontraksi pada triwulan IV 2020 terjadi pada kegiatan usaha di sektor perdagangan dan sektor pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan. Hal ini sejalan dengan menurunnya produksi pada sektor pertanian yang mulai memasuki masa tanam pada triwulan IV 2020.
"Selain itu, terdapat indikasi gangguan pertanian akibat fenomena La Nina sehingga terjadi peningkatan curah hujan bulanan hingga mencapai 40 persen dari kondisi normal," terang Azka.
Sebagai informasi, berdasarkan hasil Survei Konsumen yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Malang, mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi di triwulan III 2020 terus membaik. Meskipun masih berada pada zona pesimis (indeks kurang dari 100).
Hal itu tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) triwulan III 2020 sebesar 81,92 atau meningkat sebesar 3,25 dibandingkan triwulan II 2020 yang sebesar 78,60. Peningkatan IKK tersebut sejalan dengan peningkatan pada komponen indeks pembentuknya, yaitu Indeks Kondisi Ekonomi Saat ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Kondisi Ekonomi (IEK).
"Pada triwulan III 2020 masing-masing sebesar 49,00 dan 114,83. Perbaikan keyakinan konsumen terjadi pada seluruh kategori responden, baik menurut tingkat pengeluaran maupun kategori kelompok usia," jelasnya lagi.
Membaiknya keyakinan konsumen pada triwulan III 2020 didorong oleh persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi. Persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini cenderung lebih baik dibandingkan persepsi pada triwulan sebelumnya, meskipun masih berada di zona pesimis.
Hal tersebut disebabkan oleh membaiknya persepsi terhadap penghasilan, ketersediaan lapangan kerja, dan pembelian barang tahan lama (durable goods). Sementara itu, perbaikan ekspektasi konsumen ditopang oleh meningkatnya keyakinan terhadap perkiraan kondisi kegiatan usaha pada enam bulan yang akan datang dibandingkan saat ini.