Pedagang singkong di Lumajang saat ini sedang dihadapkan kepada kapasitas tiga pabrik tepung tapioka yang dinilai tidak mampu menyerap singkong dari petani Lumajang.
Bambang Kasiyo, salah seorang pedagang singkong di Lumajang mengatakan, di Lumajang terdapat 3 pabrik tepung tapioka dengan kapasitas giling rata-rata 70 ton perhari.
Baca Juga : Munjari Triono, Wartawan Memorandum Lumajang Tutup Usia
Sedangkan hasil singkong dari petani di Lumajang memerlukan kapasitas diatas 100 ton perhari, agar mampu menyerap singkong dari para petani.
"Di Lumajang hanya tersedia tiga pabrik tepung tapioka dengan kapasitas produksi masing-masing pabrik sebanyak 70 ton per hari. Kapasitas ini dibawah volume singkong milik petani Lumajang," kata Bambang Kasiyo, ketika ditemui media ini di kediamannya di desa Selok Awar-Awar Pasirian Lumajang.
Saat ini, masih kata Bambang Kasiyo sudah memasuki masa panen singkong, namun batasan pasokan dari pabrik membuat petani harus menahan dulu panennya.
“Para petani ingin segera panen singkong yang ada dilahannya, sedangkan kami para pedagang kebingungan karena kapasitas pabrik terbatas,” jelasnya.
Bambang menambahkan, kejadian serupa juga pernah dialami oleh pedagang singkong tepatnya medio tahun 2016. Saat itu memang tidak ada yang bisa dilakukan ketika panen melimpah dan pabrik memberlakukan pembatasan.
Baca Juga : Empat ATM BRI Dalam Kondisi Tanpa Mesin, Ternyata Ini Yang Terjadi
“Pernah kejadian juga tahun 2016, saat itu kami ya tidak bisa apa-apa hanya menunggu saja. Harga-harga hancur dipasaran asal barang keluar,” imbuhnya.
Bambang berharap, agar potensi singkong yang cukup besar ini diikuti oleh pendirian pabrik baru di Lumajang agar hasil singkong petani dapat terjual dengan harga yang bagus dan tepat waktu.
"Sebaiknya ada penambahan pabrik, karena potensi singkong di Lumajang sangat besar. Kalaupun bukan sekelas pabrik, setidaknya alat produksi bisa disebar di masing-masing desa sehingga pabrik tidak terbebani dengan tuntutan produksi yang menumpuk," ujar Bambang lagi.