Saat ini hujan sudah mulai datang di sebagian wilayah di Indonesia. Nantinya memasuki akhir tahun hujan akan turun setiap hari. Ini artinya, nyamuk akan semakin cepat berkembang biak.
Hal ini dikarenakan tempat berkembang biak dan pertumbuhan larva nyamuk, yaitu genangan air, lebih banyak tersedia di musim hujan.
Baca Juga : Hilangkan Ketakutan Covid-19, Mahasiswa PKM Unisba Blitar Ajak Masyarakat Bercocok Tanam
Perkembangbiakan nyamuk ini tak menutup kemungkinan juga akan menyebabkan persebaran penyakit demam berdarah dengue atau yang sering disingkat DBD, malaria, zika, dan lain sebagainya. Penyakit-penyakit ini menjadi penyakit yang menghantui masyarakat terutama di musim hujan.
Nah, salah satu cara murah agar terhindar dari nyamuk-nyamuk yang membawa virus penyakit itu adalah dengan mencegah nyamuk mendekat pada tempat-tempat tergenang air, seperti drainase yang tersumbat.
Seperti yang diketahui, pengendalian tempat perindukan nyamuk di Indonesia lebih banyak dititikberatkan pada penutupan dan abatisasi bak mandi, serta penguburan barang-barang buangan di sekitar rumah penduduk yang justru berpeluang sebagai penampung air hujan.
Pemberantasan nyamuk juga dilakukan dengan menggunakan insektisida. Salah satu bahan kimia yang biasa digunakan untuk pengawasan nyamuk dewasa adalah malathion.
Sifat dari insektisida sintetik ini sulit untuk terurai sehingga akan menimbulkan efek yang merugikan dan mengganggu organisme lain serta membutuhkan biaya yang relatif mahal.
Untuk itu, tiga mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Brawijaya (UB) menawarkan penggunaan tanaman pengusir nyamuk salah satunya geranium radula yang dinilai dapat menjadi terobosan baru karena tidak menimbulkan dampak seperti insektisida dan bahan kimia lainnya.
Tiga mahasiswa tersebut, Yalim Fikhoir, Sulthon Arsyad Alifudin, dan Dimas Wahyu Cahya meneliti penerapan Geranium Radula ini.
Dijelaskan Yalim selaku ketua tim, tanaman Geranium Radula dapat mengusir nyamuk sejauh 0.93 m dalam kondisi hidup. Penerapannya sendiri cukup mudah, yaitu dengan ditanam didekat drainase saluran terbuka, namun dengan beberapa perlakuan tertentu agar memberikan hasil yang efektif.
"Agar dapat mengeluarkan aroma yang tidak disukai nyamuk daun-daunnya harus saling bergerak. Pada kondisi di luar lapangan, angin memberikan efek yang sama," ucapnya.
Dengan demikian, dimensi drainase saluran terbuka yang dapat diatasi memiliki kriteria tertentu. Apabila Geranium Radula ditanam pada satu sisi drainase saja, maka lebar saluran harus kurang dari 1 m dan jika ditanam pada kedua sisi maka lebar maksimum dari saluran adalah 2 m.
Geranium Radula juga harus ditanam saling berdekatan agar daun-daun dari tanaman ini saling bersentuhan.
"Jika tanaman bergerak terhembus angin, dedaunan saling bergesekan semakin luas dan dapat memicu keluarnya aroma Geranium Radula yang mengandung Geraiol dan Sitronellol sehingga area drainase yang terlindungi lebih besar juga," paparnya.
Baca Juga : Germas Lawan Covid-19, Mahasiswa PKM Unisba Blitar Kampanyekan Pemanfaatan Toga
Di bawah bimbingan Ir Mohammad Taufiq MT tim akan berjuang pada Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) XXXIII 2020 November mendatang.
"Semoga inovasi ini dapat bermanfaat dan dapat diterapkan oleh masyarakat dalam upaya pemberantasan sarang nyamuk. Sehingga dapat menekan angka penyakit yang ditimbulkan oleh nyamuk," harap Yalim.