Tingginya pencemaran lingkungan akibat limbah sampingan hasil pertanian menjadi isu global yang menjadi catatan Dinas Pertanian dan Pangan (Dispertapa) Kabupaten Blitar. Beragam upaya dilakukan, di antaranya mendorong para petani membuat inovasi sederhana melalui penggunaan pupuk organik dan pestisida nabati.
Dorongan Dispertapa kepada petani untuk bertani ramah lingkungan satunya menyasar kalangan petani tembakau. Melalui program pembinaan yang bersumber dari Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT), Dispertapa mengajak untuk beralih pada pertanian ramah lingkungan melalui kegiatan pelatihan dan praktik pembuatan pestisida nabati asap cair.
Baca Juga : Permudah Pengurusan Tanah, Pemkot Probolinggo Gelar PTSL
Kegiatan praktik membuat pestisida asap cair tersebut dilaksanakan Dispertapa di Kelurahan Sukorejo, Kecamatan Sutojayan Kabupaten Blitar, Kamis (24/9/2020). Praktik ini merupakan lanjutan dari kegiatan pelatihan yang dilaksanakan bekerja sama dengan Balittas Karangploso Malang.
Praktik pembuatan pestisida asap cair diikuti petani dari Desa Sukosewu dan Desa Butun Kecamatan Gandusari. Dalam kegiatan ini, peserta mendapat materi pembuatan pestisida nabati asap cair dari limbah tembakau. Materi praktik disampaikan langsung oleh Hari Budi Harto dari P4S Alam Lestari.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Blitar, Ir Wawan Widianto mengungkapkan kegiatan praktik ini dilaksanakan untuk memberikan wawasan kepada para petani. Pihaknya mendorong agar petani tidak lagi ketergantungan memakai pestisida kimia dengan mengetahui seluk beluk pestisida nabati.
“Kami menganjurkan agar petani senantiasa membuat secara mandiri input produksinya, seperti pupuk organik dan pestisida nabati. Karena dampak positif pertanian organik dalam jangka panjang sangat menguntungkan.Dengan pertanian organik kita berharap ke depan produk pertanian yang dihasilkan nanti residu kimia bisa sangat sedikit. Kita mendorong produk pertanian yang sehat melalui pertanian go organic,” ungkap Ir Wawan.
Dikatakannya, teknologi pestisida nabati asap cair diharapkan dapat mendorong para petani untuk ikut mewujudkan pertanian ramah lingkungan. Sehingga terwujud produk pertanian yang berkualitas, aman dikonsumsi dan bernutrisi tinggi.
"Bertani organik adalah bertani yang ramah lingkungan sebab menggunakan bahan-bahan alami dan tidak menggunakan bahan kimia sintetis. Bertani organik tidak menimbulkan pencemaran lingkungan karena tidak menggunakan pupuk dan pestisida kimia, ini sangat bagus untuk keseimbangan ekosistem alam,” tegasnya.
Sementara itu Hari Budi Harto selaku narasumber dari P4S Alam Lestari dalam paparannya menyampaikan pestisida nabati sangat baik bagi lingkungan karena akan menyeimbangkan ekosistem alam. Penggunaan pestisida nabati akan berbeda dengan pestisida kimia yang akan mematikan isi alam karena berisi racun.
Baca Juga : Bupati Faida Minta Jajaran BKAD Jember Rutin Berkomunikasi dengan Stakeholder
“Pestisida nabati, penggunaanya sejauh ini tidak bisa berkembang karena ketika disemprotkan ke hama itu hamanya tidak bisa langsung mati. Kenapa demikian? Karena pestisida nabati itu punya karakter menganggu pernapasan hama. Hama sesak dulu baru mati. Kedua, bisa membuat hama mandul dan tidak berkembang. Ketiga bisa menganggu telurnya, telurnya bisa busuk. Banyak sekali keunggulan dari pestisida nabati,” paparnya.
Dalam kesempatan ini para petani diberikan materi praktik membuat pestisida nabati asap cair dengan memanfaatkan batang pohon tembakau. Membuat pestisida asap cair tidaklah sulit dan mudah dilakukan dengan bantuan alat sederhana.
Pestisida nabati asap cair sudah terbukti ampuh mengusir dan mengendalikan hama tanaman tembakau. Beberapa hama yang sering menyerang tanaman tembakau di antaranya ulat dan kutu.
“Pembuatan pestisida nabati tidak sulit. Bahan-bahanya dimasukkan drum, kemudian dibakar dalam kondisi tertutup dengan oksigen terbatas. Keluar tidak menjadi abu tapi sudah keluar asapnya. Kami sudah mencoba, pestisida nabati asap cair ini ampuh mengendalikan ulat dan kutu yang menyerang tanaman tembakau,” urainya. (Adv/Kmf)