Pemandangan tak biasa terlihat di sekitar wilayah Poncokusumo, Kabupaten Malang. Ladang-ladang cabai warga tampak memerah, tanda komoditas favorit penyuka pedas itu siap dipanen. Tetapi, para petani seolah membiarkan cabai-cabai itu merah dan tidak dipanen.
Ketua KTNA (Kontak Tani Nelayan Andalan) Kecamatan Poncokusumo, Syaiful Asyari mengungkapkan alasan petani enggan memanen cabai itu karena saat ini harga cabai anjlok di pasaran. Anjloknya harga tersebut disebabkan oleh permintaan pasar yang menurun, akibat pandemi Covid-19.
Baca Juga : Petani Asal Poncokusumo Ekspor Kubis Manis Asli Tulungagung Hingga ke Taiwan
"Cabai rawit dan cabai besar panen biasanya diakumulasikan satu kecamatan tiap hari sekitar 40 ton. Cabai rawit hanya 7.500 per kilogram, cabai besar sekitar 10.000 per kilogram," ungkapnya ketika ditemui awak media, pekan ini.
Syaiful menyebut, untuk saat ini harga cabai di pasaran untuk per kilogram di harga Rp 20 ribu. Padahal dalam kondisi normal, harga cabai di pasaran bisa mencapai harga Rp 40-50 ribu per kilo.
Rendahnya harga di pasar berimbas pada harga jual di tingkat petani yang turun drastis. Hal ini menyebabkan para petani cabai memilih untuk tidak memanen cabai-cabainya.
"Ini nggak dipanen. Karena tidak sebanding dengan biaya produksi dan ditambah biaya untuk buruh yang memanen," ujarnya.
Kerugian yang dialami petani cabai pun tidak tanggung-tanggung. Menurut Syaiful, kerugian bisa mencapai puluhan juta rupiah di setiap hektare.
"50 juta ruginya per hektare," tegasnya.
Sementara itu, untuk harga beberapa komoditas pertanian yang lainnya juga mengalami penurunan cukup drastis. Seperti kubis putih yang harga dari petani hanya Rp 250 - Rp 300 per kilogramnya.
"Per hari 50 ton untuk kubis. Per kilo 250-300 rupiah, itu kubis putih," ungkapnya.
Baca Juga : Hunian Vertikal The Kalindra Malang Makin Jadi Favorit Milenial, Harga Mulai Rp 300 Juta
Lalu untuk yang lainnya seperti buncis, terong, tomat, timun, sawi putih dan ucet memiliki harga yang beragam. Tetapi harga yang masih stabil untuk sementara ini masih ucet.
"Buncis 3.000 per kilo, tomat 900 per kilo, timun 2.500 per kilo, terong 1.900 per kilo, sawi putih 1.500 per kilo dan ucet yang masih stabil 8.000 per kilo," jelasnya.
Sebagai informasi, bahwa hingga sampai saat ini residu tanah di wilayah Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang telah mencapai 40 persen.
"Maka dari itu kita berharap agar tanah di Poncokusumo ini dilakukan uji lab gratis," pungkasnya.