Geliat ekonomi dalam sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Kota Malang terus digenjot selama pandemi Covid-19. Sampai akhir tahun, pertumbuhan UMKM di Kota Pendidikan ini ditarget mencapai angka 20 persen.
Kepala Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan (Diskopindag) Kota Malang, Wahyu Setianto menyampaikan, sektor UMKM turut terdampak Covid-19. Meski begitu, keberadaan UMKM yang diyakini tahan banting dalam berbagai kondisi itu akan segera pulih kembali.
Baca Juga : Teken PKS Bersama Kemenkeu, Bapenda Kota Malang Siap Integrasikan Data dengan Pusat
"Kami terus lakukan upaya supaya pertumbuhannya berkisar sampai 20 persen sampai akhir tahun," katanya.
Wahyu menjelaskan, upaya Pemkot Malang untuk mendorong pertumbuhan UMKM diantaranya adalah bekerjasama dengan berbagai pihak. Salah satunya dengan PHRI dan pelaku usaha kelas industri. Sehingga, produk-produk UMKM yang dimiliki memiliki pasar yang lebih luas lagi.
Sebelum pandemi, sebagian produk UMKM yang dibina Pemkot Malang menurutnya telah dititipkan di hotel juga tempat wisata yang ada di Kota Malang. Mulai dari makanan dan minuman hingga produk lain seperti fashion hingga pernak-pernik menarik. Respons wisatawan selama ini cukup baik.
Namun selama pandemi Covid-19, memang belum banyak produk UMKM yang akhirnya dilirik. Sehingga perlu upaya baru untuk meningkatkan pertumbuhan UMKM. Salah satunya dengan menerapkan kelas pemasaran secara online.
Di mana para pelaku UMKM dibekali pengetahuan tentang tata cara berdagang secara online. Termasuk Pemkot Malang telah menyediakan aplikasi jual beli yang bisa dimanfaatkan oleh pelaku UMKM.
"Semoga tahun depan kita jugs bisa lakukan pameran untuk menggenjot pertumbuhan UMKM," tambahnya.
Baca Juga : Masuk TOP 45 Kovablik Jatim 2020, Wali Kota Kediri Paparkan Inovasi Home Care PEDULI
Sementara itu, selama pandemi Covid-19, Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Malang mengalami penurunan sebesar 22,71 persen atau senilai Rp 166 miliar. Salah satu penyebabnya adalah banyaknya sektor usaha yang terdampak pandemi Covid-19. Seperti hotel, restoran, kafe, dan sektor informal lainnya.
Bukan hanya itu, angka deflasi di Kota Malang selama bulan Maret berkisar di angka -0,41 persen dan bulan April sebesar -0,12 persen. Kondisi itu mejadi salah satu indikasi bahwa daya beli masyarakat menurun. Serta, transaksi perdagangan di Kota Malang juga mengalami kontraksi di angka 50 persen.