Sebanyak dua ribu alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) yang tergabung dalam Gerakan Anti-Radikalisme (GAR) dikabarkan meminta Din Syamsuddin dicoret dari anggota Majelis Wali Amanat ITB.
Alumni ITB sebanyak 2.065 orang telah meneken surat terbuka lintas angkatan dan jurusan pada Selasa (25/8/2020). Surat terbuka tersebut ditujukan kepada Ketua MWA ITB yang berisi permintaan GAR mendesak agar Din Syamsuddin dicoret dari MWA ITB.
Baca Juga : 10 Tahun Tak Diperhatikan Wali Kota Risma, Pemegang Surat Ijo Gruduk Balai Kota
Permintaan ini juga merupakan bentuk penegasan dari permintaan serupa yang sudah disampaikan melalui surat GAR tertanggal 25 Juni 2020 serta melalui siaran pers GAR pada 16 Juli 2020.
Terdapat 10 poin dalam surat terbuka tersebut. Beberapa poin membahas terkait keterlibatan Din Syamsuddin di kelompok Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI).
GAR menganggap hal itu merupakan perwujudan sikap yang selalu manantang NKRI. "Sedikit banyak berpengaruh. Deklarasi KAMI hanya semakin menguatkan kami untuk minta Pak Din diberhentikan dari MWA," kata juru bicara GAR Alumni ITB Shinta Madesari.
Shinta mengatakan bahwa ketua MWA sempat menyatakan Din Syamsuddin sudah mengundurkan diri. Namun kenyataannya, hingga kini ia masih diikutsertakan dalam kegiatan MWA ITB.
"Ketua MWA harus memberikan klarifikasi resmi mengenai hal ini. Jangan hanya bicara bahwa Pak Din mengundurkan diri, tetapi kenyataannya beliau masih dipertahankan di MWA ITB," cetusnya.
Menurut Shinta, ribuan alumni ITB yang telah menandatangani surat terbuka itu keberatan dengan keberadaan Din di MWA ITB. Mereka menyayangkan tindakan DIN yang telah mendeklarasikan KAMI.
"Padahal Pak Din juga seorang PNS aktif. Buat kami GAR ITB, tindakan beliau sangat bertentangan dengan nilai-nilai ITB," tambah Shinta.
Perihal lain yang ada dalam surat terbuka tersebut yakni permintaan GAR agar segera memutuskan secara efektif hubungan serta kaitan ITB dengan Din Syamsuddin.
"Setiap penundaan atas pemutusan hubungan ini akan memperbesar risiko yang harus ditanggung oleh ITB serta meningkatkan kompleksitas masalah yang harus dihadapi baik oleh MWA ITB maupun oleh ITB secara keseluruhan," begitu bunyi penggalan isi surat terbuka tersebut.
GAR juga menyarankan agar ketua MWA ITB segera berkonsultasi dengan sejumlah pejabat tinggi negara di bidang politik, hukum dan keamanan. Sebelumnya 25 Juni 2020 lalu, GAR sudah menyarankan agar Din segera dicopot dari anggota MWA ITB.
Berikut 3 alasan GAR meminta Din dicopot dari MWA ITB tertanggal 25 Juni 2020:
1. Dianggap Terlalu Sering Mengkritik Pemerintah
Baca Juga : Distribusi BLT BPNTD Lanjut, Dinsos Kota Malang Target Agustus Selesai
Salah satu alumni ITB, Achmad Sjarmidi, mengatakan permintaan pencopotan ini dilayangkan setelah mencermati pernyataan-pernyataan, sikap, serta sepak terjang Din Syamsuddin selama satu tahun terakhir. Ada sejumlah pernyataan kritikan Din, baik kepada pemerintah maupun lembaga negara lain.
2. Keterlibatan Din di Webinar Pemakzulan Presiden
Persoalannya terkait dengan pernyataan Din dalam webinar Masyarakat Hukum Tata Negara Muhammadiyah (Mahutama) dan Kolegium Jurist Institute di Youtube pada 1 Juni 2020 bertajuk Menyoal Kebebasan Berpendapat dan Konstitusionalitas Pemakzulan Presiden di Era Pandemi Covid-19.
GAR menilai Din telah melontarkan prasangka buruk terhadap pemerintah dan menuduh pemerintah Indonesia otoriter dan represif. Juga menuding Presiden Jokowi membangun sistem kediktatoran konstitusional.
3. Din Dianggap Konfrontatif kala Menyerang Pemerintah
GAR menilai Din konsisten selalu mengambil sikap konfrontatif terhadap pemerintah. Mereka melihat Din justru berharap terjadi konflik dengan pemerintah, tak segan selalu menyerang pemerintahan Jokowi dengan tuduhan negatif yang dianggap tak cukup memiliki validitas.