Proses pembelajaran jarak jauh (PJJ) melalui sistem daring di Jombang terus mendapat sorotan. Setelah dikritisi oleh para aktivis mahasiswa melalui aksi unjuk rasa, kini giliran anggota DPRD Jombang ikut menyorotinya.
Sorotan datang dari Wakil Ketua Komisi D DPRD Jombang M Syarif Hidayatullah. Pria yang akrab disapa Gus Sentot ini menilai, bahwa pembelajaran melalui daring saat ini kurang optimal. Pasalnya, belajar daring dibutuhkan modal besar seperti membeli kuota internet dan perangkat smartphone.
Baca Juga : Desember Harus Selesai, Progres Pembangunan Islamic Center Capai 36 Persen
Selain itu, tidak ada interaksi secara langsung antara guru dan murid, yang mengakibatkan sulitnya menjalankan tugas yang harus dikerjakan. "Saya menilai memang pembelajaran daring kurang optimal dibandingkan dengan tatap muka," ujarnya kepada wartawan, Minggu (23/8).
Dikatakan Gus Sentot, pembelajaran secara tatap muka sudah saatnya digalakkan oleh pemerintah daerah. Ini agar para siswa bisa maksimal dalam menjalankan pendidikan.
Ia juga menyinggung soal kampung tangguh dan wisata tangguh yang ramai-ramai dibentuk oleh Pemkab Jombang. Gus Sentot menganggap, seharusnya sekolah tangguh juga dibentuk oleh pemerintah di Jombang.
"Masak wisata, pasar dan swalayan tetap dibuka sekolah masih ditutup. Kan percuma juga. Harusnya sekolah juga seperti itu, ada protokol kesehatan. Jarak antar siswa atau paling tidak diberlakukan shif masuknya 50 persen dari jumlah muridnya," tandasnya.
Baca Juga : Libur Panjang Akhir Pekan, Warga Minta Taman-Taman di Kota Malang segera Diaktifkan
Untuk itu, lanjut Gus Sentot, pihaknya akan mendorong pemerintah untuk segera membuat regulasi sekolah tatap muka. "Saya akan minta ke pemerintah soal regulasi agar pembelajaran tatap muka bisa berjalan," kata Gus Sentot.
Senada dengan Gus Sentot. Anggota Komisi D DPRD Jombang Mustofa juga menilai pembelajaran tatap muka harus segera dilakukan. Ia menilai, bahwa pemerintah sanggup menerapkan protokol kesehatan di lingkungan sekolah.
"Ini kan bisa disiasati dengan cara mengurangi jumlah peserta didik yang ada di dalam kelas. Tentu saja, tetap memperhatikan prosedur physical distancing," pungkasnya.(*)