free web hit counter
Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Ekonomi

Mafia Gurami Mainkan Harga, Aspigrata Minta Pemerintah Turun Tangan

Penulis : Anang Basso - Editor : Dede Nana

20 - Aug - 2020, 01:36

Placeholder
Ikan Gurami asli Tulungagung yang kini harganya anjlok / Foto : Istimewa / Tulungagung TIMES

Pembudidaya ikan gurami di Tulungagung mengeluh. Hal ini terjadi lantaran harga ikan kelas restoran itu mengalami penurunan harga yang tidak wajar. Para pembudidaya gurami terancam gulung tikar jika dalam beberapa bulan ke depan harga tidak mengalami trend kenaikan.

"Pakan ikan tidak pernah turun. Namun harga ikan masih saja tinggi," kata Hari, salah satu pembudidaya gurami di Boyolangu.

Baca Juga : Kreasi Siswa SMKN 3 Boyolangu, Ciptakan Pencuci Tangan dan Pengukur Suhu Otomatis

Dirinya menuding, rendahnya harga ikan gurami di Tulungagung karena ulah para mafia yang sengaja memainkan harga.

"Dua kolam ini saya kirim langsung ke Surabaya setelah saya posting di media sosial, harganya jauh dari harga umumnya di sini," tambahnya.

Jika harga saat ini untuk gurami basah antara Rp 20-21 ribu basah dan Rp 18-19 ribu kering, Hari mengaku bisa menjual dengan harga mendekati Rp 30 ribu kering dan Rp 31 ribu basah.

"Sebenarnya, jika saya kirim ke Jawa Tengah dan Jawa Barat atau Jakarta masih bisa diterima lebih tinggi. Namun jika di Surabaya saja saya sudah tidak merugi maka saya kirim jarak terdekat," paparnya.

Kondisi ini di akui oleh ketua Aspigrata (Asosiasi Pembudidaya Ikan Gurami Tulungagung) Zainal Arifin. Selain dampak Covid-19 yang membuat harga turun, kondisi ini dimanfaatkan pedagang untuk memainkan harga.

"Memang harus diakui harga gurami turun. Namun penurunan harga di lain daerah tidak sesignifikan merosot di Tulungagung. Kondisi ini yang dimanfaatkan pedagang untuk mengalahkan pembudidaya," jelasnya.

Modus pedagang dalam menguasai pasar diantaranya solid menyamakan harga pembelian dari pembudidaya.

"Mereka lebih solid, pedagang kompak memberikan informasi yang sama bahwa harga gurami sekian dan rata-rata semua membeli dengan harga seragam," ungkapnya.

Cara kedua yang sering dilakukan pedagang, membeli gurami dengan grade A dahulu. Grade 4, 5 dan 6 ons ini dibeli dengan harga normal dan kemudian diseleksi untuk diambil duluan.

"Jelas saja sisanya, jika tidak terlalu besar ya terlalu kecil. Akibatnya, pedagang semaunya memberi harga dan pembudidaya tak punya pilihan," tambahnya.

Baca Juga : Bumdes Lana Usaha Bisa Untung Puluhan Juta dari Unit Usaha Ini

Aspigrata sudah melalukan koordinasi dengan masing-masing anggotanya di seluruh Kecamatan yang ada di Tulungagung. Hasilnya, pihak asosiasi meminta agar pembudidaya memberikan makanan pada ikan lebih santai agar perkembangan gurami dapat ditahan, sehingga tidak terjadi kepanikan untuk segera menjual.

"Pihak terkait (Pemerintah Daerah) juga harus memperhatikan nasib pembudidaya ini. Jangan sampai malah hak mereka tidak terlindungi," tegasnya.

Sebagai wadah para pembudidaya ikan gurami, Aspigrata meminta agar pedagang dapat memperjuangkan harga. Jika terus dikalahkan, akibat yang terjadi pembudidaya akan jera dan Tulungagung yang kini jadi sentra gurami lambat laun akan punah.

Keresahan rendahnya ikan gurami ini telah membuat masyarakat yang membidangi usaha ini benar-benar frustasi. Di media sosial sendiri, pedagang selalu tidak berani memberikan informasi harga. Jika ada yang posting gurami yang waktunya dijual, pedagang memilih melalukan kontak massanger agar negosiasi dilakukan hanya antara dua pihak saja.

 

 

 


Topik

Ekonomi



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Anang Basso

Editor

Dede Nana