Kreasi siswa SMKN 3 Boyolangu ini patut diacungi jempol. Pasalnya di tengah pandemi covid 19, mereka menciptakan alat cuci tangan hybrid dan pengukur suhu otomatis untuk mendeteksi covid 19.
Alat cuci tangan hybrid misalnya. Dengan alat cuci tangan ini, orang yang hendak cuci tangan tak perlu memutar kran. Kran buatan siswa ini sudah dilengkapi sensor, sehingga akan otomatis mengeluarkan air saat ada tangan berada di bawah kran.
Baca Juga : Terkenal Soal Wisata Kuliner, Restoran di Malang Ambil Peran dalam Pemulihan Ekonomi
“Tim berpikir bagaimana supaya bisa membantu pencegahan covid 19, supaya efektif maka dibuat alat ini,” ujar Wakasek bidang Humas SMKN 3 Boyolangu Heni Ratmoko, Selasa (18/8/20).
Istimewanya lagi, alat cuci tangan ini ditenagai oleh panel surya. Sedangkan alat pengukur suhu otomatis bekerja dengan mendeteksi suhu badan. Alat ini bekerja dengan mendeteksi suhu melalui tangan atau dahi tanpa ada sentuhan.
Setelah suhu diukur, maka akan muncul di display dari LED. Jika suhu di atas 37,5 derajat celcius, alat akan berbunyi dan lampu berubah jadi memerah. “Kalau ada suhunya yang diatas 37,5 derajat, langsung kita bawa ke UKS,” terangnya.
Biaya pembuatan pengukur suhu otomatis ini tergolong murah, sekitar Rp 2 jutaan untuk alat pengukur suhu. Padahal jika melihat alat serupa yang dipasang di bandara, harganya mencapai Rp 15 juta rupiah. Alat ini baru dibuat khusus untuk di lingkup sekolahnya. Namun sudah banyak yang memesan kedua alat buatan siswanya itu.
Sementara itu Kepala Bengkel Teknik Elektronika Industri, Yudi Hariono ungkapkan kesulitan memperoleh alat sensor alat ini. Untuk sensor pengukur suhu otomatis, dirinya terpaksa harus impor dari China melalui pembelian online.
Padahal sebelumnya sensor ini bisa didapat dengan mudah di Surabaya. “Kemarin cari barangnya susah, kita inden (pesan) dari China sehingga lebih mahal,” terangnya.
Baca Juga : Mudah dan Praktis Digunakan, Pemanas Air Listrik di Graha Bangunan Banjir Promo
Untuk sensor pengukur suhu dibutuhkan 2 sensor, sensor jarak dan sensor suhu. Sedang untuk alat cuci tangan hanya menggunakan sensor jarak.
Sensor jarak menggunakan sensor infra red. “Jadi sensornya suhu dan sensor jarak,” ujar Yudi.
Untuk keakurasian alat, Yudi mengaku harus melakukan kalibrasi atau pengaturan. Pembacaan sensor jarak dan suhu dikalibrasi agar ada kesesuaian dengan jarak ukur dan pembacaan suhu. Untuk pembuatan 1 alat dibutuhkan waktu selama 2 minggu.
Pembuatan alat ini dilakukan oleh 5 siswa dengan dibimbing oleh guru. Untuk pembuatan alat para siswa mencari beberapa referensi, termasuk dari youtube. Siswa juga dibekali ilmu statistik untuk Coding dan pembacaan data. “Mereka (siswa) mengerjakanya waktu mau Lunching itu sampai jam 9 malam,” pungkasnya.