Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Kesehatan

Bunda, Ini Bahaya Ibu Hamil Stres dan Tidak Bahagia untuk Anak

Penulis : Imarotul Izzah - Editor : Nurlayla Ratri

24 - Jul - 2020, 12:25

Placeholder
Ilustrasi ibu hamil bahagia. (Foto: www.elcrema.com)

Nasihat ibu hamil harus bahagia ternyata bukan sekadar nasihat dangkal. Saat sang ibu sehat dan bahagia selama masa kehamilan, bayi lahir akan punya kurang lebih 100 miliar sel neuron di otaknya. 

Untuk mencapai jumlah neutron 100 miliar saat lahir, berarti dalam kandungan sang bayi harus mampu mengalami pertambahan neuron 250 ribu per menit.

Baca Juga : Siang Dirujuk, Malam Masuk Ruang Isolasi Covid-19, Keluarga Pasien RS Prima Husada Kaget

"Ibu yang hamil ini programnya bagaimana dia sehat, bahagia, banyak baca Qur'an, ibadahnya kuat, makan yang bergizi, emosinya terjaga oleh suami siaga maka akan mampu membuat neuronnya bertambah 250 ribu per menit untuk mencapai 100 miliar sel neuron dalam otak," beber Pengasuh Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang, Fauziah Fauzan El Muhammady MSi dalam webinar yang diadakan oleh Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang (UIN Malang).

Meski demikian, sel-sel neuron ini masih belum tersambung. Baru dalam waktu 2 tahun sel-sel ini akan tersambung. Asal, sang bayi mengalami pendidikan yang baik dan benar.

"Artinya, bayi itu memang sejak lahirnya diajak bicara sama orang tua, tidak dianggurkan begitu saja, dilatih sensor motoriknya dengan benar maka dia akan membuat sambungan sambungan dan kekuatan sambungannya 1,86 juta sambungan 4 detik," terangnya.

Nah, apabila anak tidak mengalami pendidikan dengan baik maka sel-sel otak tersebut akan rontok. Kerontokan sel-sel ini diakibatkan pola asuh yang buruk yang membuat anak menjadi stres.

"Kerontokan dari sel-sel di otak akan terus berlanjut sampai usia 6 tahun akibat pola asuh. Akibat kekerasan, ucapan-ucapan yang tidak pada tempatnya, dan seterusnya," katanya.

Stres yang dialami anak bisa merusak arsitektur otak dan ini memberi dampak masalah seumur hidup dalam perilaku dan kesehatan fisik dan mental bagi anak.

"Sebabnya stres kronis atau stres berat yang terus-menerus terjadi pada anak usia dini karena kemiskinan yang buruk, perlakuan yang buruk, hinaan, cacian, pukulan yang berulang-ulang atau tingkat depresi ibu yang parah itu bisa menjadi racun bagi otak anak yang sedang berkembang," paparnya.

Baca Juga : Cegah Penyebaran Covid-19, Ini Perintah Kapolres Pamekasan kepada Tiga Pilar Kecamatan Pademawu

Ya, kondisi anak yang punya orang tua atau pasangan yang emosinya labil (marah-marah atau bertengkar terus) pun akan berdampak besar untuk anak. Untuk itu, pendidikan usia dini adalah hal yang paling serius untuk ditangani sebab apa yang terjadi di usia dini akan memberi dampak yang akan dibawa sampai usia dewasanya.

"Betul kalau otak anak Indonesia terbangun dengan baik sejak dalam kandungan sampai proses pengasuhan maka tentunya akan menjadi anak yang cerdas yang akan menjadi sumber daya manusia Indonesia untuk menyambut Indonesia emas," pungkasnya.

Fauziah menjadi pembicara dalam Webinar Nasional 2020 bertema "Anak Terlindungi, Indonesia Maju" yang diadakan UIN Malang melalui Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) UIN Malang belum lama ini.

 


Topik

Kesehatan



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Imarotul Izzah

Editor

Nurlayla Ratri