Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang (UIN Malang) saat ini sedang berupaya untuk menuju kampus ideal. Hari ini (Selasa, 21/7/2020), Rektor UIN Malang, Prof Dr Abdul Haris MAg mengadakan Webinar Nasional bertema "Revolusi Pendidikan Tinggi di Indonesia Menuju Kampus Ideal: Pengalaman Barat".
Salah satu keynote speakers, Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Diktis) Kemenag RI, Prof Dr M Arskal Salim GP MAg membeberkan hal-hal yang harus diperhatikan untuk menuju Kampus Ideal ini, yakni SDM dan big data.
Baca Juga : UIN Malang Punya Program Mengabdi Qaryah Thayyibah Tahun 2020, seperti Apa?
"Human resources dan big data ini adalah hal yang krusial dalam mengembangkan kemajuan universitas untuk bisa meraih kampus ideal layaknya di luar negeri," ucapnya.
Di masa sekarang ini, kata Arskal, perguruan tinggi mau tidak mau dihadapkan oleh kebutuhan menggunakan teknologi, baik itu hi-tech maupun low-tech. Nah, dengan penggunaan teknologi ini dibutuhkan human resources atau sumber daya manusia yang kuat. Arskal pun memuji UIN Malang yang sudah memiliki banyak dosen tamatan luar negeri.
"Saya melihat, dibanding kampus-kampus yang lain, UIN Malang memiliki stok doktor-doktor muda yang brilian-brilian, yang ini saya anggap menjadi potensi besar untuk pengembangan ke depan secara lebih cepat," kata dia.
Selain SDM, yang tak kalah penting juga adalah big data. Big data ini, kata Arskal, harus dijadikan sebagai bagian untuk menjadi landasan berpijak agar UIN Malang bisa berkembang lebih baik lagi.
"Data di zaman sekarang ini itu sangat krusial. Tanpa data saya kira kita tidak akan mampu bisa memproyeksikan berapa banyak guru besar yang kita mau hasilkan, berapa banyak dosen yang kita ingin doktorkan, dan seterusnya," paparnya.
Nah, apabila data-data itu tersedia dengan akurat maka anggaran yang mau dikeluarkan oleh kampus ini juga bisa diarahkan dengan tepat.
Baca Juga : Bantuan Pemkot untuk Mahasiswa ITN Malang Siap Transfer, Tinggal Verifikasi Ulang Data
Meski demikian, kampus juga harus memikirkan strategi dan meneliti lebih dalam, apakah yang dicapai universitas-universitas ideal di Barat itu bisa diterapkan di Indonesia. Sebab, kampus-kampus ideal di Barat dibangun ratusan tahun yang lalu.
"Boleh dibilang usia kampus Indonesia ini masih muda dibandingkan dengan kampus-kampus di Barat. Jadi kita pun juga perlu memikirkan strategi dan punya sikap yang realistik," tegasnya.
Kampus-kampus di Indonesia, termasuk UIN Malang perlu melihat bagaimana parameter-parameter yang ada, bagaimana konteks yang dimiliki, dan juga bagaimana kondisi sosial kultural yang ada di Indonesia.
"Kita perlu menyiapkan warisan-warisan bagi generasi lanjut sehingga mereka nanti dapat lebih baik lagi mengangkat harkat dan martabat kampus perguruan tinggi keagamaan di tanah air," pungkasnya.