Salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi adalah pengabdian kepada masyarakat. Hal inilah yang tetap dilakukan oleh dosen-dosen Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN Maliki) Malang meski dalam kondisi pandemi covid-19.
Sejalan dengan situasi pandemi ini, tema UIN Mengabdi kali ini adalah Qaryah Thayyibah. Qaryah Thayyibah sendiri berarti desa berdaya. Konsep Qaryah Thayyibah adalah bagian dasar pondasi terwujudnya kampung tangguh.
Baca Juga : Berprestasi, Ratusan Pelajar Kota Malang Dapat Beasiswa dari Disdikbud Total Rp 3 Miliar
"Qaryah Thayyibah merupakan sekumpulan dari gugus zurriyyah thayyibah (keluarga harmonis) yang ada dalam suatu komunitas atau masyarakat. Oleh karena itu, suatu pengertian dalam konteks pemberdayaan masyarakat harus dimulai dari keluarga," terang Kepala Pusat Pengabdian Masyarakat UIN Malang Syaiful Mustofa.
Indikator Qaryah Thayyibah yakni, pertama, masyarakat yang bebas dari mo limo (maling, madon, main, madat, dan mabuk). Kedua, lingkungan yang aman, bersih, sehat, dan indah. Ketiga, warga yang hidup rukun, tenteram, dan makmur. Keempat, tempat ibadah yang marak serta membawa keberkahan bagi seluruh warga sekitar.
Bentuk kegiatan yang dilakukan para dosen antara lain pemberian bantuan langsung, advokasi masyarakat, pembelajaran kepada masyarakat, pembinaan kepada masyarakat, pendidikan dan pelatihan masyarakat, pendampingan kepada masyarakat, pemetaan potensi masyarakat, penyuluhan masyarakat, pengembangan kewirausahaan, konsultasi profesi, kegiatan layanan masyarakat, dan kegiatan lain yang sesuai tujuan.
"Program UIN Mengabdi Qaryah Thayyibah pada tahun 2020 ini dilaksanakan di wilayah Kota Malang di wilayah Kecamatan Junrejo, Kota Batu, dan Kecamatan Dau, kabupaten Malang," ucapnya.
Jumlah peserta ada 25 kelompok dan di setiap kelompok terdiri atas dua dosen/pengabdi. Rinciannya, 7 kelompok di Kota Malang, 8 kelompok di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, dan 10 kelompok di Kecamatan Dau, kabupaten Malang.
Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) UIN Maliki Malang Dr Tutik Hamidah MAg menambahkan, pengabdian ini memang sengaja membidik daerah sekitar kampus karena sesuai arahan dari rektor.
"Sesuai dengan arahan Pak Rektor, kita harus menyapa tetangga dekat kita. Jadi, pengabdian kita tidak kita laksanakan di tempat-yang jauh karena ingin memberikan empati kepada lingkungan di sekitar kita," ungkapnya.
Baca Juga : Fisipol dan LPPM UNISBA Blitar gelar Webinar Tangkal Hoaks, Ujaran Kebencian dan Intoleransi melalui Media
Tutik mengaku, ada penurunan jumlah kelompok yang diberi bantuan dalam masa pandemi ini karena ada program pemerintah untuk refocusing dana sehingga hanya diizinkan 25 kelompok.
"Namun ini juga patut kita syukuri karena banyak kampus lain yang tidak bisa melaksanakan pengabdian maupun penelitian karena ada refocusing (dana)," ucapnya.