Kota Surabaya telah memasuki masa transisi new normal life saat ini. Kebijakan itu resmi diambil sejak Senin (8/6) lalu.
Sebelumnya di Kota Pahlawan ini telah dilakukan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) hingga tiga kali atau selama enam minggu. Namun hasilnya tak begitu menggembirakan.
Baca Juga : PAD Kota Malang Turun, Wali Kota Malang Izinkan PD Gelar Program Libatkan Publik
Penyakit Covid-19 seakan masih betah dan terus mengacak-acak kota yang dipimpin Wali Kota Tri Rismaharini ini.
Pada masa penutupan PSBB tersebut tercatat ada 3.360 orang positif. Dengan kesembuhan 867 orang dan kematian yang tercatat tembus 296.
Angka tersebut tidak terlalu menggembirakan, apalagi dengan adanya 296 kematian berarti persentase Surabaya tertinggi hingga 8,8 persen.
Angka ini melampaui Jakarta pada hari yang sama dengan mencatatkan persentase kematian 6,5 persen. Yaitu dengan memiliki 8.121 kasus positif yang dibarengi dengan 529 kematian.
Dengan angka tersebut, mungkin Surabaya menjadi kota dengan persentase kematian atau mortality tertinggi secara nasional.
Selain itu Attack Rate di Kota Surabaya sangat tinggi. Bahkan tertinggi secara nasional yakni 93/100 ribu artinya dalam setiap 100 ribu penduduk ada 93 terinfeksi.
"Jumlah tersebut sangat tinggi dibandingkan Provinsi DKI Jakarta yang attack rate-nya 70/100 ribu dan Jawa Timur 12/100 ribu," terang pakar epidemologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, Dr. Whindu Purnomo.
Bukan hanya itu, lanjutnya, angka kematian sampai saat ini juga terus bergerak dan masih tetap tinggi yakni mendekati angka 9 persen.
“Angka kematian masih tinggi, bahkan lebih tinggi dari angka nasional. Nasional aja 6 persen. Jadi dua hal itu buruk,” tuturnya.
Senada halnya Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa juga memberikan catatan serius kepada Risma soal keputusannya yang menginginkan PSBB di Surabaya diakhiri.
Khofifah juga mengingatkan bahwasannya Surabaya bisa saja lebih parah dari Jakarta dengan Attack Rate yang masih buruk secara nasional.
Baca Juga : Resmikan Kampung Tangguh Semeru, Bupati Rijanto Puji Gotong Royong Warga Desa Jambewangi
"Atas permintaan dari tiga kepala daerah di Surabaya Raya yang meminta agar PSBB tidak diperpanjang, maka Forkopimda Jatim meminta kepala daerah dan Forkopimda Surabaya Raya untuk menyiapkan peraturan Bupati dan Walikota serta menandatangani pakta integritas," ujar Gubernur Khofifah ketika itu.
Pakta integritas ini dibuat menurut Khofifah karena sebenarnya secara kajian epidemiologis wilayah Surabaya masih belum cukup aman untuk masuk ke tahap transisi menuju tata kehidupan normal baru (new normal).
Kajian epidemiologi dari para pakar FKM Unair menyebutkan tingkat attack rate Covid-19 di Surabaya masih tinggi yaitu 94,1. Sedangkan untuk dua wilayah lain Kabupaten Gresik 15,8 dan untuk Kabupaten Sidoarjo 31,7.
"Item pertama dari total enam item standar WHO suatu daerah bisa mengakhiri masa restriksi dan menuju transisi new normal, adalah penyebaran Covid-19 dalam keadaan terkontrol. Yang artinya Rt harus di bawah 1, sedangkan saat ini seluruh kawasan Surabaya Raya belum di bawah 1, sehingga sejatinya item pertama ini belum terpenuhi dan belum aman," ulas Khofifah.
"Pada dasarnya Surabaya Raya belum aman dan butuh kesabaran untuk bisa melangkah ke masa transisi menuju new normal. Tapi bahwa ada komitmen bersama yang tinggi dari tiga kepala daerah untuk mampu menegakkan protokol kesehatan dan juga tinjauan aspek sosial dan ekonomi. Maka Forkopimda Jatim menyepakati untuk Surabaya Raya masuk masa transisi new normal untuk empat belas hari ke depan tetapi dengan menandatangani pakta integritas," imbuh Khofifah mewanti.
Sementara itu, alasan Wali Kota Risma emoh memperpanjang PSBB karena pertimbangan ekonomi. Dia berharap dengan tidak dilanjutkannya PSBB ini ekonomi masyarakat Surabaya dapat berjalan kembali normal seperti sebelumnya.
“Kalau kemarin banyak yang mengeluh ke saya ingin kehidupan normal tapi dengan protokol kesehatan ketat, ayo kita lakukan. Kita harus jaga kepercayaan itu, kita harus jaga semuanya, kita tidak boleh sembrono karena yang bisa jaga diri kita itu, ya kita sendiri bukan orang lain,” ujar Risma.
Soal kematian yang tinggi di Surabaya ini Risma belum memberikan keterangan. Namun, dia hanya meminta agar warga Surabaya jangan sakit.
“Makanya, kalau kita sudah merasakan sakit, segera periksa dan berobat. Kita harus menjaga diri kita masing-masing supaya tidak sakit. Kalau sakit ya nanti kita tidak bisa kerja untuk cari uang lagi,” imbuhnya.