Dua bangunan purbakala ditemukan di Desa Rejoagung Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang. Peninggalan bersejarah ini diindikasikan sebagai bagian dari pemukiman bangsawan di era kerajaan Singosari.
Dua bangunan yang tersusun dari bata merah kuno ini ditemukan warga setempat di lokasi yang berbeda di Desa Rejoagung. Yang pertama ditemukan di areal lahan tebu di Dusun Krembang dan bangunan lain ditemukan di lahan tambang pasir Dusun Mlaten.
Benda purbakala yang ditemukan di tengah lahan tebu ini berupa susunan bata merah kuno membentuk persegi. Sedangkan bangunan yang berada di tambang pasir berupa pondasi yang juga tersusun dari bata merah kuno.
Dua temuan tersebut ditemukan dalam waktu yang hampir bersamaan, yakni di awal bulan Desember.
"Bentuk batu batanya besar, lebar dan tebal. Saat ditemukan masih terlihat bagian atasnya saja," terang Kasun krembang, moh. Yunus saat diwawancarai di lokasi temuan, Senin (16/12) siang.
Temuan benda purbakala kala ini langsung ditinjau oleh pihak BPCB Jatim. Dari pengecekan awal ini, dua temuan tersebut diduga saling berkaitan.
Arkeolog BPCB Jatim Wicaksono Dwi Nugroho mengatakan, temuan di lahan tebu di Dusun Krembang ini disinyalir sebagai bangunan batur atau mandapa. Mandapa merupakan bangunan suci yang difungsikan sebagai tempat peribadatan.
Dari hasil pengukuran tim BPCB Jatim, bangunan tersebut memiliki panjang 3,5 meter dan lebar 2,5 meter. Bangunan yang nampak tersusun dari bata merah kuno dengan 10 lapis bata. Bata merah yang tersusun memiliki ukuran 35x30x8 sentimeter.
Bangunan tersebut saat ditemukan sudah dalam kondisi hancur, karena diduga rusak akibat terjangan lahar dingin Gunung Kelud.
"Ini biasanya digunakan sebagai pusat ibadah. Pintunya kita temukan di sebelah timur," ungkap Wicaksono.
Sementara, di lokasi temuan lain bangunan juga sudah terlihat hancur. Struktur bata merah kuno yang ditemukan di tengah tambang pasir, hanya tersisa dua lapis bata merah kuno. Panjang bangunan juga tidak lebih dari 10 meter.
Dikatakan Wicaksono, struktur bata merah kuno ini disinyalir sebagai rumah hunian bangsawan. Keyakinan itu didapat dari sejumlah temuan lepas seperti batu umpak berukir, yang biasa digunakan sebagai penyangga tiang rumah.
"Kalau kita lihat temuan di Dusun Mlaten, Rejoagung ini, ditemukan umpak-umpak batu berukir. Itu menandakan hunian dari bangsawan," tandasnya.
Dua temuan struktur bata merah kuno ini diyakini memiliki keterkaitan. Temuan tersebut diduga kompleks pemukiman megah di era kerajaan Singosari.
Dugaan tersebut, dikatakan Wicaksono, terlihat dari lokasi temuan yang tidak jauh dari lokasi candi Surowono Kediri yang berjarak 7 kilometer ke arah utara candi. Juga dilihat dari ketebalan bata merah penyusunannya, yang memiliki ketebalan 8 sentimetermeter.
"Ini kemungkinan dari masa Kediri atau pra Majapahit, dengan ketebalan 8 sentimetermeter itu," kata Wicaksono.
Temuan baru tersebut selanjutnya akan dikoordinasikan dengan pemerintah setempat untuk dilakukan upaya penyelamatan.
"Langkah BPCB nanti akan segera berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Jombang, kemudian dengan kecamatan Ngoro dan Kepala Desa Rejoagung untuk menentukan apa yang bisa dilakukan terhadap temuan ini," pungkasnya.(*)