free web hit counter
Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Peristiwa

Kisah Pemberontakan Peta di Blitar dan Keterlibatan Bung Karno

Penulis : Aunur Rofiq - Editor : Heryanto

25 - Jan - 2019, 02:47

Placeholder
Monumen pemberontakan PETA Blitar.(Foto : Team BlitarTIMES)

Pembrontakan tentara Pembela Tanah Air (PETA) di Blitar merupakan peristiwa sejarah yang sangat penting pada masa pendudukan bala tentara Jepang. 

Pemberontakan ini dipimpin oleh Shodanco Soeprijadi terhadap pasukan Jepang. 

Namun selama ini tak banyak yang tahu, bahwa dalam peristiwa itu Soekarno juga ikut terlibat langsung.

Menurut Cindy Adams dalam bukunya Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, Soekarno menceritakan, bahwa pemberontakan PETA yang ada di Blitar ini merupakan salah satu hasil kesepakatan antara Bung Karno dan Soeprijadi.

Soeprijadi ingin memberontak karena tak terima dengan perlakuan penjajah Jepang terhadap orang Indonesia. 

Romusha (kerja paksa) hingga kekerasan rasial pemerintahan fasis Jepang membuat kebencian Soeprijadi memuncak.

Awal keterlibatan Soekarno dalam pemberontakan PETA terjadi ketika dia mengunjungi ibunya di Blitar. 

Saat itu, sejumlah perwira PETA datang menemuinya, dan membicarakan rencana mereka untuk melakukan pemberontakan bersenjata.

Waktu itu, sehari sebelum terjadinya pembrontakan Bung Karno tiba di Istana gebang. Kemudian Soeprijadi melaporkan rencana pemberontakannya. 

Saat itu Bung Karno meminta kepada Soeprijadi untuk menggagalkan rencana pemberontakannya karena sudah tercium oleh jepang.

"Kami baru mulai merencanakan, tetapi kami ingin tahu pendapat Bung Karno sendiri," kata salah seorang perwira itu. 

"Pertimbangkan akibatnya. Kuharap kalian menyadari tindakan yang demikian itu akan ditindas," jawab Soekarno dalam buku Cindy Adams.

Namun, Soeprijadi langsung nyeletuk, "Kita akan berhasil!" Mendengar jawaban dari Soeprijadi, Soekarno tampak sangat berat, "Menurut pendapatku, kalian terlalu lemah untuk mengambil risiko terhadap gerakan semacam itu sekarang," ungkapnya.

Soekarno menjelaskan, PETA merupakan alat yang vital bagi revolusi Indonesia masa itu. 

Dalam PETA, untuk pertama kalinya rakyat Indonesia dapat belajar menggunakan senjata, belajar perang gerilya, dan perang melawan musuh.

Kesempatan ini bisa dimanfaatkan rakyat Indonesia untuk tujuannya sendiri, yakni mencapai kemerdekaan. 

"Kalau sekiranya kalian tertangkap, merupakan kewajibanku untuk menyelamatkan pasukan PETA yang tersisa," tegas Soekarno.

Akhirnya, pemberontakan pecah di asrama PETA di Blitar, pada 14 Februari 1945. 

Pemberontakan dikobarkan oleh Ismail, perwira kompi yang mendukung Soeprijadi dan Merudi.

Ismail kemudian dijatuhi hukuman mati oleh pengadilan.

Bersama Ismail, sejumlah pemimpin pemberontak lainnya juga dihukum mati. 

Mereka adalah Soeparjono, Soenanto, Halir Mangkoedidjaya, dan Soedarmono. 

Sementara Soeprijadi, tidak diketahui keberadaanya, diduga ia dibunuh lebih dahulu.

Meskipun tidak ada yang tahu keberadaanya, ia ditunjuk oleh Bung Karno sebagai Menteri Keamanan Rakyat ke 1 dalam Kabinet Presidensial, tetapi digantikan oleh Imam Muhammad Suliyoadikusumo pada 20 Oktober 1945  karena Soeprijadi tidak kunjung muncul.

Bagaimana dan dimana Soeprijadi wafat, masih menjadi misteri yang belum terpecahkan hingga sekarang.(*)


Topik

Peristiwa Blitar Berita-blitar Kisah-Pemberontakan-Peta- di-Blitar-dan- Keterlibatan-Bung-Karno



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Aunur Rofiq

Editor

Heryanto