Momentum Hari Santri Nasional 2024, Plt Bupati Malang: Santri Kelompok yang Aktif Melawan Penjajah
Reporter
Tubagus Achmad
Editor
Yunan Helmy
22 - Oct - 2024, 06:29
JATIMTIMES - Pada momentum Hari Santri Nasional 2024 yang mengusung tema "Menyambung Juang, Merengkuh Masa Depan", Pelaksana Tugas (Plt) Bupati Malang Didik Gatot Subroto bertindak sebagai pemimpin upacara peringatan Hari Santri Nasional 2024 di Lapangan Desa Ngabab, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang.
Pejabat publik yang akrab disapa Didik ini mengajak semua pihak untuk bersama-sama memanjatkan puji dan rasa syukur kepada Allah SWT pada momentum peringatan Hari Santri Nasional yang diperingati setiap tanggal 22 Oktober.
Menurut Didik, Hari Santri Nasional merupakan momentum bagi semua pihak untuk mengenang dan meneladani para santri yang telah memperjuangkan serta mempertahankan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
"Sejarah telah mencatat bahwa kaum santri adalah salah satu kelompok yang paling aktif menggelorakan perlawanan terhadap para penjajah," ujar Didik dalam sambutannya, Selasa (22/10/2024).
Didik menjelaskan, salah satu bukti perlawanan santri terhadap para penjajah adalah peristiwa "Resolusi Jihad" pada tanggal 22 Oktober 1945 yang dimaklumatkan oleh Hadratus Syekh KH. Hasyim Asy'ari.
Dalam fatwa "Resolusi Jihad" tersebut, KH Hasyim Asy'ari menyatakan bahwa "Berperang menolak dan melawan penjajah itu fardlu 'ain (yang harus dikerjakan oleh tiap-tiap orang Islam, laki-laki, perempuan, anak-anak, bersenjata atau tidak) bagi yang berada dalam jarak lingkaran 94 kilometer dari tempat masuk dan kedudukan musuh."
Sejak Resolusi Jihad dimaklumatkan, para santri dan masyarakat umum terbakar semangatnya untuk terus berjuang serta mempertahankan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
"Mereka terus melakukan perlawanan kepada penjajah tanpa rasa takut. Hingga akhirnya, pecah puncak perlawanan masyarakat Indonesia pada tanggal 10 November 1945 yang kita peringati sebagai Hari Pahlawan," jelas Didik.
Menurut dia, peristiwa Resolusi Jihad tanggal 22 Oktober 1945 tidak bisa dipisahkan dengan peristiwa 10 November 1945. Tanpa adanya peristiwa Resolusi Jihad, belum tentu terjadi peristiwa 10 November.
Lebih lanjut, Didik mengatakan, bahwa menyambung juang bukan hanya berarti mengenang, tetapi juga beraksi dengan semangat yang sama dan menghadapi tantangan zaman modern.
"Jika para pendahulu berjuang melawan penjajah dengan angkat senjata, maka santri saat ini berjuang melawan kebodohan dan kemunduran dengan angkat pena," terang Didik.
Lalu, jika para pendahulu telah mewariskan nilai-nilai luhur untuk bangsa, maka santri masa kini bertanggung jawab untuk tidak sekadar menjaganya, tetapi juga berkontribusi dalam membangun masa depan masyarakat yang lebih baik.
Pihaknya juga mendorong agar para santri harus percaya diri, karena seorang santri bisa menjadi apa saja yang bermanfaat bagi bangsa dan negara...