Serangan Perdana Sultan Agung ke Batavia: Ambisi Besar yang Berakhir Pahit
Reporter
Aunur Rofiq
Editor
Dede Nana
19 - Aug - 2024, 09:17
JATIMTIMES - Pada tahun 1628, pulau Jawa dilanda ketegangan yang luar biasa. Sultan Agung, penguasa Kesultanan Mataram, melancarkan serangan besar-besaran ke Batavia, pusat perdagangan penting yang dikuasai oleh Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) Belanda. Serangan ini, yang dikenal sebagai serangan pertama Mataram ke Batavia, bukan hanya menandai awal dari ketegangan antara Mataram dan VOC tetapi juga menjadi bab penting dalam sejarah kolonial Indonesia. Artikel ini akan menggali rincian serangan tersebut, mulai dari perencanaan hingga eksekusi, serta dampaknya terhadap kedua belah pihak.
Sebelum serangan pertama Mataram ke Batavia pada bulan Agustus 1628, hubungan antara Kesultanan Mataram dan VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) terbilang harmonis. Pada awal abad ke-17, ketika VOC masih berpusat di Ambon, Kepulauan Maluku, kedua belah pihak menjalin hubungan dagang yang saling menguntungkan. Namun, ketegangan mulai meruncing seiring dengan ambisi VOC yang semakin jelas terhadap Pulau Jawa.
Baca Juga : Pemicu Terjadinya Senioritas yang Belakangan Banyak Menghiasi Media Sosial
Sultan Agung, penguasa Mataram, sejak awal sudah memberi peringatan bahwa hubungan ini dapat tetap berlangsung dengan syarat VOC tidak memiliki niat untuk menduduki Pulau Jawa. Namun, situasi berubah drastis ketika VOC, di bawah pimpinan Jan Pieterszoon Coen, merebut Jayakarta dari Kesultanan Banten pada tahun 1619 dan mengubah namanya menjadi Batavia. Setahun kemudian, VOC memindahkan pusat pemerintahannya dari Ambon ke Batavia, dengan alasan kota ini lebih strategis untuk pengembangan usaha dagang mereka. Langkah ini dianggap Sultan Agung sebagai ancaman langsung terhadap kekuasaan Mataram dan pelanggaran terhadap peringatan yang telah diberikan.
Selain itu, ketegangan semakin meningkat setelah serangan VOC ke Jepara pada tahun 1618. Serangan ini adalah balasan terhadap tindakan Mataram yang menyerbu kantor dagang VOC di Jepara setelah pemimpin VOC di sana, Balthasar van Eynthoven, melakukan tindakan provokatif. Van Eynthoven dilaporkan merampok kapal-kapal Mataram dan menghina tempat ibadah umat Islam. Balasan VOC berupa pembakaran kapal-kapal Jawa di Jepara dan Demak semakin memperburuk hubungan antara Mataram dan VOC.
Walaupun hubungan sudah memanas, Sultan Agung sempat mencoba memperbaiki hubungan dengan menawarkan pasokan beras kepada VOC dengan syarat bantuan angkatan laut. Namun, permintaan ini ditolak oleh VOC, yang lebih memilih fokus pada penguatan posisinya di Batavia...