JATIMTIMES - Belakangan ini, media sosial diramaikan dengan beredarnya isu senioritas yang terjadi di salah satu universitas di Indonesia. Bahkan, aksi tersebut sampai menghilangkan nyawa seseorang.
Senioritas memang bukanlah hal yang asing bagi orang yang menempuh pendidikan atau pun bekerja. Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KKBI), senioritas secara harfiah diartikan sebagai keadaan yang lebih tinggi dalam hal pangkat, usia dan pengalaman.
Baca Juga : Resep Jemput-Jemput Pisang, Bisa Menjadi Camilan Penutup Akhir Pekan Bersama Keluarga
Dengan kondisi tersebut, beberapa orang berasa bahwa dirinya bisa melakukan apapun terhadap juniornya.
Selain itu, ada beberapa pemicu mengapa seseorang bisa melakukan senioritas. Dilansir dari berbagai sumber, berikut ini merupakan beberapa faktor yang mendorong seseorang melakukan aksi senioritas:
Gila Hormat
Kita seringkali menganggap bahwa junior wajib tunduk kepada para senior dengan alasan yang terkadang tidak masuk akal. Menghormati dan menghargai satu sama lain merupakan kewajiban kita semua sebagai pelajar yang terpuji, tetapi dengan cara tunduk dan memaksakan sesuatu yang tidak semestinya bukanlah hal yang terpuji sama sekali.
Jangan sampai karena gila hormat, para senior rela untuk melakukan hal negatif kepada para junior.
Tingginya Gengsi
Selain gila hormat, salah satu aspek yang melatar belakangi hal ini marak terjadi adalah karena gengsi yang umumnya dirasakan oleh para senior yang membawahi junior sehingga timbul pemikiran bahwa senior tidak boleh sampai kalah bersaing dengan junior.
Padahal faktanya adalah semua orang berhak untuk bersaing secara sehat tanpa melihat tingkatan baik itu senior atau junior dan bahkan tak jarang saat ini ada junior yang kemampuan ilmu dan praktiknya yang jauh lebih luwes dibanding para senior.
Kurangnya pendidikan karakter di suatu sekolah
Pihak sekolah patut mewaspadai apabila sistem senioritas terjadi di sekolah tersebut, hal ini karena berarti ada yang salah dengan sistem pendidikan khususnya karakter yang diajarkan oleh pihak sekolah.
Baca Juga : Asy-Syifa, Ilmuwan Perempuan Pertama dan Peruqyah Sejak Masa JahiliyahÂ
Jika dari awal telah ditanamkan nilai-nilai positif untuk saling menghormati dan menghargai segala perbedaan baik itu berbeda tingkatan pendidikan, tentu hal tersebut mampu untuk dihindari.
Belum Ada Solusi untuk Menghentikan Senioritas
Kita dapat mengatakan bahwa senioritas merupakan suatu problematika turun temurun yang sudah ada sejak zaman lalu sehingga jika pada saat ini hal tersebut masih saja terjadi, mungkin belum ada cara ampuh untuk memutuskan tradisi tersebut sehingga perlu adanya sosialisasi ataupun solusi dari masalah ini.
Jangan sampai karena hal ini, maka akan banyak korban pembullyan yang berkaitan dengan senioritas.
Membutuhkan Pengakuan
Senioritas dan junioritas erat kaitannya dengan tindakan otoriter yang bahkan sama sekali tidak ada pada sistem pendidikan kita. Ada banyak sekali faktor yang dapat melatar belakangi hal ini, salah satunya adalah karena rata-rata para senior menginginkan suatu pengakuan atas kehadirannya sehingga mereka tidak terlupakan begitu saja oleh kehadiran junior.
Daripada melakukan hal yang berkaitan dengan senioritas negatif, akan lebih baik untuk bersaing prestasi agar mampu mendapatkan pengakuan dari sisi positif.