Rupiah Terus Melemah, Bambang Haryo: Ini Warning bagi Pemerintah
Reporter
Muhammad Choirul Anwar
Editor
Yunan Helmy
20 - Jun - 2024, 03:25
JATIMTIMES - Anggota DPR RI terpilih Dapil Jatim I (Surabaya-Sidoarjo) Bambang Haryo Soekartono (BHS) menyoroti pergerakan nilai tukar Rupiah yang terus melemah. Ia menilai pergerakan kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika yang terus mendekati level Rp17 ribu seyogianya harus diwaspadai oleh pemerintah.
"Ini harusnya sudah menjadi warning bagi pemerintah. Karena pergerakan ini termasuk yang tertinggi di Asia Tenggara," kata anggota Dewan Pakar DPP Partai Gerindra itu, Rabu (19/6/2024).
Baca Juga : Tabung Gas Bocor, Rumah Warga Kayumas Situbondo Ludes Terbakar
Data investing.com menunjukkan perkembangan kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika merupakan salah satu yang terburuk dibandingkan dengan mata uang beberapa negara lainnya, sejak awal tahun hingga saat ini secara year-to-date (YTD) per tanggal 17 Juni 2024.
Kurs Dollar Amerika terhadap Dong Vietnam +3,88 persen, Ringgit Malaysia +2,68 persen, Dollar Singapura +2,57 persen, Baht Thailand +6,88 persen. Sementara Rupiah Indonesia +6,58 persen.
"Kalau kita lihat pergerakan dari tahun 2012 berbanding tahun 2024 di exchangerates.org, pada Dollar Singapura pergerakannya dari 1,25 Dollar Singapura menjadi 1,325 Dollar Singapura. Brunei Darussalam dari 1,24 Dollar Brunei menjadi 1,35 Dollar Brunei atau 8 persen. Thailand dari 31,074 Baht menjadi 36,67 Baht atau 18 persen. Vietnam dari 20.857 Dong menjadi 25.942 Dong atau 22 persen. Filipina dari 42,2 Peso menjadi 58,70 Peso atau 39 persen," jelasnya.
"Malaysia, mengalami pergerakan cukup tinggi, yaitu dari 3,08 Ringgit menjadi 4,69 Ringgit atau 52 persen. Bandingkan dengan Indonesia yang mengalami pergerakan dari Rp9.670 menjadi 16.466 atau 70,28 persen," sambung BHS.
Ia mengingatkan bahwa pergerakan kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika yang terus merangsek ke angka Rp17 ribu atau lebih buruk lagi ke Rp20 ribu ini berpotensi mempengaruhi kondisi makro dan mikro ekonomi Indonesia.
"Malaysia itu sudah mengambil langkah untuk merespon pergerakan kurs-nya, dengan cara membuka sebesar-besarnya pintu investasi pada industri, kepada negara China, Amerika maupun Eropa, karena Malaysia dilewati oleh kapal-kapal dari seluruh dunia. Kalau Indonesia ini susah mau melakukan langkah yang sama karena investasi dan biaya produksi di sini itu lebih mahal dibandingkan Malaysia," paparnya lagi.
Menyikapi kondisi ini, BHS mengimbau pemerintah untuk bisa belajar dari kebijakan ekonomi di zaman Presiden BJ Habibie...