Pedagang Pasar Induk Among Tani Kota Batu Keluhkan Munculnya Pedagang Liar
Reporter
Prasetyo Lanang
Editor
A Yahya
17 - Jun - 2024, 01:46
JATIMTIMES - Pedagang di Pasar Induk Among Tani Kota Batu resah dengan kemunculan sejumlah pedagang liar di beberapa titik pasar yang tidak semestinya ditempati. Rata-rata pedagang liar tersebut berjualan makanan. Keberadaan pedagang tersebut dikhawatirkan dapat menimbulkan masalah seperti kecemburuan sosial karena menempati tempat yang bukan semestinya.
Menurut Ketua Paguyuban Sembilan Zona Muhammad Ali Subaidi, pedagang liar itu diketahui muncul di beberapa titik. Kemunculannya sudah sejak sekitar dua pekan lalu. Mereka resah sebab para pedagang liar itu leluasa berjualan di tempat yang tidak diperbolehkan.
Baca Juga : Rekom PDIP untuk Pilkada Kota Batu Tak Kunjung Turun, Didik Gatot Subroto Tetap Yakin
"Permasalahan pedagang liar itu sudah pernah kami konfirmasi. Penjualnya ada bakso, lontong, dan gorengan, salah satunya yang saya tahu. Itu di tempat samping-samping pedagang lain di celah-celah. Itu jadi pedagang lain bertanya-tanya kok boleh," ujar Ali saat dikonfirmasi, Minggu (16/6/2024).
Sejauh ini, beberapa lokasi pedagang liar itu berubah-ubah. Ali menyebut, oknum pedagang liar itu berjualan dengan meja atau etalase untuk makanan. "Kan kasihan yang di atas stan kuliner lantai tiga, harusnya disitu. Tetapi ada yang di sekitar blok sayuran," ungkapnya.
Meski sudah sempat disampaikan pada pihak UPT Pasar Induk, Ali menyebut belum maksimal tegurannyang disampaikan. Terakhir, sambung dia, pedagang nakal itu dipanggil tapi menurut informasi tidak datang.
Menurut pantauan pihaknya dan sesama rekan paguyuban, pedagang liar itu berjualan pada jam-jam operasi pasar pagi. Sehingga tutup sekitar jam 8.00 pagi. Dari pantauan di sekitar lokasi yang dimaksud, yakni di lantai dasar blok 1 dan 2 pada saat siang dan sore hari hanya didapati meja-meja kecil kosong.
Ali beranggapan pihak pengelola pasar belum sigap menanggapi persoalan ini. Ia mengkhawatirkan pedagang liar lain akan mengikuti dan bermunculan.
"Setelah disampaikan ke UPT besok ya memang ditegur, tapi selanjutnya yang awalnya pakai rombong tetap jualan lagi jadi etalase kecil, kemarin masih ada," tuturnya. Hal ini dikhawatirkan menjadi contoh yabg tidak baik untuk rasa keadilan pedagang pasar...