Beri Edukasi Politik, Jubir Prabowo Kuak Kondisi Demokrasi Indonesia
Reporter
Anggara Sudiongko
Editor
Nurlayla Ratri
14 - May - 2024, 12:41
JATIMTIMES - Jubir Menteri Pertahanan RI, Dr Dahnil Anzar Simanjutak, hadir di salah satu kampus swasta di Malang memberikan edukasi politik, Senin, (13/5/2024). Dalam kesempatan itu ia menyampaikan, bahwa demokrasi Indonesia saat ini masih cukup berantakan.
Intelektualitas yang baik dan rekam jejak tidak akan berpengaruh besar jika tidak ada dana atau uang. Kondisi politik sendiri, dikuasai oleh mereka yang memiliki darah politik atau oleh mereka yang memiliki uang yang banyak.
Baca Juga : DPRD Surabaya Berharap Ngantornya Wali Kota di Kelurahan Bisa Beri Kontribusi Solutif
Terlebih, kondisi masyarakat kalangan ekonomi menengah ke atas, sebagian cenderung tantrum akan politik, hingga kemudian membenci lawan politiknya.
Sementara, mereka kalangan ekonomi bawah,
kembali melanjutkan aktivitasnya seperti biasa pasca Pemilu 2024 yang penuh dinamika.
Maka, dalam menghadapinya, menghadapi perlu cara-cara yang strategis, seperti halnya melalui politik taawun atau politik gotong royong agar kondisi demokrasi Indonesia lebih sehat.
Untuk mencapai kondisi demokrasi yang sehat, maka salah satu syarat adalah tingkat pendidikan yang baik menjadi hal mutlak yang harus terpenuhi. Namun, kenyataan di lapangan masih banyak masyarakat yang belum mendapatkan pendidikan dengan baik.
Begitupun terkait pendidikan politik yang belum tersampaikan dengan baik. Pendidikan politik menjadi satu hal yang cukup penting dalam upaya demokrasi yang sehat. Pendidikan politik ini tidak hanya penting bagi kelas menengah ke bawah, tapi juga harus diberikan pada kalangan menengah keatas dan yang berpendidikan.
"Sementara, rata-rata lama sekolah masyarakat kita hanya ada di kisaran 7,2 tahun atau bisa dibilang tidak lulus SMP. Maka pendidikan politik itu penting dan harus meluas ke seluruh kelompok," katanya.
Ia juga menjelaskan tentang cara politik santun yang dipakai oleh para tokoh-tokoh terdahulu. Ia mencontohkan seperti halnya pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan.
Politik yang dilakukannya, selalu menerapkan sikap kooperatif. Bahkan beberapa peneliti juga menyebut sikap ini sebagai rival politic atau era saat ini disebut mitra kritis. Politik yang dilakukan LH Ahmad Dahlan adalah adalah politik yang alokatif.
"Beliau tidak misuh ke Belanda secara terbuka, tapi terus meningkatkan akselerasi sosial dan dakwah melalui Muhammadiyah," katanya...