Kisah Pengasingan Ibnu Sina, Ilmuwan Hebat yang Dijuluki sebagai ‘Bapak Kedokteran’
Reporter
Mutmainah J
Editor
Sri Kurnia Mahiruni
24 - Mar - 2024, 02:27
JATIMTIMES - Pencapaian dan kontribusi budaya Muslim terhadap pendidikan, filsafat perawatan kesehatan, dan ilmu pengetahuan sangat besar. Hal itu tak lepas dari perjuangan para ilmuan terdahulu. Salah satunya seperti Ibnu Sina.
Ibnu Sina dijuluki sebagai Bapak Kedokteran modern, pemikirannya berpengaruh terhadap dunia.
Baca Juga : Berapa Besaran Zakat Fitrah 2024? Ini Penjelasan Baznas
Ibnu Sina lahir di sebuah desa besar dekat Bukhara, yang dikenal sebagai Kharmithan, yang berarti 'Tanah Matahari'.
Dalam proses perjuangan Ibnu Sina tentu ada saja halang rintang. Salah satunya seperti Ibnu Sina yang diasingkan karena fitnah. Lantas seperti apa kisah pengasingan Ibnu Sina? Dilansir dari berbagai sumber, berikut kisah perjuangannya.
Pendidikan Ibnu Sina
Pendidikan Ibnu Sina sendiri dalam sejarah peradaban Islam cukup beragam. Dia mengaku telah membaca dan menghafal seluruh isi Alquran pada usia sepuluh tahun.
Dia juga telah belajar matematika dari seorang pedagang kelontong, argumentasi agamanya dari seorang petapa tua, dan akhirnya filsafatnya dari seorang guru terkenal, Nateli.
Ibnu Sina membaca berbagai penulis Yunani dalam terjemahan bahasa Arab, termasuk Aristoteles, Plato dan Euclid.
Dia membaca dua filsuf sebelumnya dengan bantuan komentar-komentar, yang tampaknya merupakan asal mula unsur-unsur pemikirannya yang 'Peripatetik' (pasca-Aristotelian) dan Stoa.
Sejak usia enam belas tahun, dia menjadi terobsesi dengan logika. Dalam sebuah anekdot yang cukup menarik, Ibnu Sina mengklaim bahwa selama periode ini, setiap kali ada masalah yang luput dari perhatiannya, dia berdoa di masjid untuk memecahkan masalah intelektual apa pun yang mengganggunya saat itu. Namun setiap kali dia merasa lemah secara fisik, dia memulihkan kekuatannya dengan meminum segelas anggur.
Pengasingan Ibnu Sina
Ibnu Sina kemudian pindah dari Bukhara ke Gurganj. Alasan yang ia berikan adalah kematian ayahnya, meskipun kebutuhan untuk mencari nafkah sendiri tidak menjelaskan perlunya pergantian majikan, dari pangeran Bukhara menjadi sultan Gurganj.
Namun, masa ini merupakan masa yang penuh gejolak, karena orang-orang Turki sedang berkuasa di seluruh Persia, dan mereka sangat kritis terhadap orang-orang yang memiliki keyakinan atau koneksi Ismaili.
Meski awalnya diterima dengan tangan terbuka, kehidupan di Gurganj tidaklah mudah...