Kemenag Blitar Beri Pendampingan Trauma Healing bagi 17 Tersangka Kasus Penganiayaan Santri hingga Tewas
Reporter
Aunur Rofiq
Editor
A Yahya
11 - Jan - 2024, 01:00
JATIMTIMES - Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Blitar, Jawa Timur, mengumumkan rencananya untuk memberikan pendampingan trauma healing kepada 17 tersangka kasus penganiayaan terhadap Muhammad Ali Rofi (14 tahun) santri Pondok Pesantren Tahsinul Akhlaq, Desa Kalipang, Kecamatan Sutojayan, Kabupaten Blitar.
Baharuddin Tauhid, Kepala Kemenag Kabupaten Blitar, mengindikasikan upaya ini untuk membantu 17 tersangka, yang berusia di bawah 18 tahun, mengatasi trauma mendalam setelah terlibat dalam insiden pengeroyokan yang menyebabkan kematian korban.
Baca Juga : Polres Blitar Kota Gerebek Gudang Minuman Keras Ilegal, Tiga Tersangka Ditahan
"Kami akan melakukan pendampingan trauma healing bagi 17 santri Ponpes Tahsinul Akhlaq yang terlibat dalam kasus pengeroyokan. Ini adalah langkah untuk membantu mereka mengatasi trauma yang mereka alami setelah insiden tragis tersebut," ujar Baharuddin kepada wartawan pada Rabu (10/1/2024).
Dia menambahkan bahwa Kemenag akan berkoordinasi dengan berbagai pihak terkait, terutama Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, dalam melaksanakan kegiatan trauma healing bagi 17 tersangka. Hal ini diharapkan dapat membantu para tersangka untuk pulih dari traumatis akibat peristiwa yang terjadi.
Menurut Baharuddin, pihak Kemenag sebelumnya telah menerbitkan panduan agar pondok pesantren lebih bersahabat bagi anak-anak, dengan harapan agar pendidikan yang membangun karakter anak dapat diimplementasikan dengan baik. Dia juga mengimbau agar pengasuh dan pengurus pondok pesantren di wilayah Kabupaten Blitar untuk memberikan pendidikan yang mengedepankan nilai-nilai kebaikan, guna mencegah kejadian serupa di masa depan.
"Kami berharap agar kejadian seperti ini tidak terulang lagi, dan pondok pesantren bisa menjadi lingkungan pendidikan yang mendukung bagi anak-anak," ungkapnya.
Di sisi lain, Gus Wafa Bahrul Alim, salah satu pimpinan Pondok Pesantren Tahsinul Akhlaq Blitar, menegaskan bahwa para pelaku penganiayaan menyesali perbuatan mereka. Ia mencatat bahwa saat ini mereka cenderung menjadi lebih pendiam dan terganggu oleh rasa takut setelah mengetahui tentang meninggalnya korban.
"Anak-anak ingin memberi efek jera, tetapi kemungkinan naluri mereka belum sinkron sehingga terjadi tindakan yang berlebihan. Mereka semua merasa menyesal atas perbuatannya," ujarnya...