Pakar Pariwisata ITB Kritisi Kebijakan Pariwisata, Dianggap Condong ke Politis hingga Kerap Siasati Data BPS
Reporter
Binti Nikmatur
Editor
A Yahya
03 - Aug - 2023, 04:38
JATIMTIMES - Sebuah video viral beredar di media sosial yang menampilkan Dosen dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Myra P Gunawan, yang mengkritisi industri pariwisata di Indonesia. Salah satu hal yang ia soroti adalah destinasi wisata yang dianggap sangat penting namun tidak memiliki naskah akademik.
Diketahui, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) telah menetapkan lima destinasi wisata yang dianggap sangat penting. Destinasi-destinasi tersebut meliputi Candi Borobudur, Labuan Bajo, Danau Toba, Likupang, dan Mandalika.
Baca Juga : Lucinta Luna Diundang sebagai Bintang Tamu Televisi Bersama Pacarnya, Warganet: KPI Kemana?
Penentuan destinasi tersebut dikritik oleh Dosen Planologi dan Pakar Pariwisata ITB tersebut. Menurut Myra, hingga saat ini, tidak ada naskah akademis yang menjadi dasar penentuannya. Pernyataannya diungkap lewat video viral yang diunggah akun Twitter @sociotalker pada Jumat, 16 Juni 2023 lalu.
Lebih lanjut kata Myra, naskah akademis menjadi dasar Kemenparekraf untuk menentukan destinasi wisata super prioritas. Namun dalam penilaian dia, pariwisata kini justru menjadi agenda politisi.
“Sekarang, pariwisata itu menjadi agenda politisi. Saya tidak tahu bagaimana 10 destinasi prioritas atau lima masuk prioritas itu dipilih, gak pernah ada naskah akademisnya,” jelas Myra.
Menurut Myra, seharusnya Indonesia tidak mengarahkan wisatawan mancanegara sebesar-besarnya untuk datang ke taman nasional dan situs warisan dunia UNESCO yang ada di RI.
“Kenapa yang dipilih, (dari) sekian banyak itu, kok taman nasional? Dan, by definitions, mereka kan harus dibatasi. Ini sudah tidak cocok, (destinasi) yang dipilih dan (tujuan) yang diinginkan,” tegas dia.
Myra bahkan menyebut ahli ekonomi akan tertawa melihat perencanaan maupun target pariwisata di Indonesia yang disebut dia menargetkan pertumbuhan ekonomi sampai delapan persen.
“Dikiranya dari empat, jadi lima, lima, enam, enam, tujuh, tujuh, delapan, begitu. Saya kira (itu terjadi) kalau sektor lain tidur. Berarti orang itu nggak ngerti angka,” tuturnya.
Kritik lainnya juga diungkapkan pemerintah. Menurut Myra, pemerintah jarang memberikan informasi soal pengeluaran yang harus dikeluarkan untuk mendatangkan wisatawan mancanegara...