Perjuangan KH M. Sirodj, Nyantri kepada Pendiri NU hingga Liku-Liku Dirikan Pendidikan Islam di Tanah Kelahiran
Reporter
Anang Basso
Editor
Yunan Helmy
24 - Oct - 2022, 04:26
JATIMTIMES - Santri dari KH Hasyim Asy'ari, Tebuireng, Jombang, asal Tulungagung ini menjadi awal berdirinya lembaga pendidikan Panca Hidayah, Desa Tunggangri, Kecamatan Kalidawir. Namanya KH Muhammad Sirodj.
Jejak sejarah kiai kelahiran pada tahun 1909 menjadi inspirasi bagi santri yang berjuang untuk memajukan pendidikan agama di Kabupaten Tulungagung ini.
Baca Juga : Viral Jenazah Dimakamkan di Atas Tanah Penuh Air Rawa, Netizen Kebingungan
Lahir dari pasangan H Ponco Dwiryo dan Hj Tosirah,. KH Muhammad Sirodj awalnya mengenyam pendidikan dasar di SR (Sekolah Rakyat) atau Perta serta kemudian melanjutkan ke pondok pesantren.
Dikisahkan oleh salah satu dari 12 putra-putrinya, H Syamsul Laili, sang ayah merupakan santri pendiri Nahdlatul ulama (NU) KH Hasyim Asy'ari di Tebuireng, Jombang.
"Kakek dan bahkan buyut kami, merupakan santri yang prioritas sekolahnya berbasis agama saat itu," kata Syamsul Laili, Minggu (23/10/2022).
Dari nyantri di Tebuireng ini, KHM Sirodj mempunyai niat yang kuat untuk melanjutkan perjuangannya dakwah dan mendedikasikan hidupnya untuk mengembangkan pendidikan Islam.
Ternyata, selain nyantri di Tebuireng, KHM Sirodj juga memperdalam ilmu agama di berbagai pondok pesantren yang diasuh para ulama kharismatik lainnya. Misalnya di Pesantren Sidosermo, Surabaya, dan Pesantren Mojosari, Nganjuk dan Purwoasri, Kediri.
Bahkan, KH Muhammad Sirodj juga memperdalam ilmu bela diri di Kedung Bunder, Lodoyo, Kabupaten Blitar.
Ia tercatat satu perguruan dengan tokoh yang berbeda jalan. misalnya Djo Krapyak, petani sukses asal Desa Mirigambar, Kecamatan Sumbergempol, dan Karso Brondol, perampok yang bergabung dengan PKI di wilayah Pucanglaban.
Pada tahun 1942, KH Muhammad Sirodj menikah dengan perempuan asal Trenggalek dan mempunyai 7 anak. Masing-masing 2 putra dan 5 putri.
Lalu pada tahun 1946, KH Muhammad Sirodj dipercaya menjadi kepala desa Tunggangri, Kecamatan Kalidawir.
Dengan pengaruhnya yang semakin kuat, KH Muhammad Sirodj pada saat PKI Madiun bangkit, tepatnya tahun 1948, dipercaya sebagai ketua anak cabang Masyumi dan rumahnya menjadi pusat pegerakan perlawanan terhadap PKI.
"Bahkan, beliau harus melawan teman satu perguruan yang bergabung dengan PKI di wilayah Blitar Selatan," ungkapnya.
Pada tahun 1949, KH Muhammad Sirodj menjadi pembina tentara Islam/batalion pimpinan H. Mahfud dan mengirimkan 75 tentara Islam ke Ngadirejo, Kediri...