JATIMTIMES - Pemerintah Kota (Pemkot) Malang mendukung beroperasinya bus Trans-Jatim di wilayah Malang Raya. Salah satu dukungan tersebut akan dilakukan dengan memanfaatkan angkutan kota (angkot) yang ada di Kota Malang saat ini.
Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Malang Widjaja Saleh Putra mengatakan, rencananya angkot akan dikonsep untuk berfungsi sebagai feeder. Hal itu dimaksudkan agar angkot tetap berdaya saing di tengah transformasi angkutan publik.
Baca Juga : Ambil PIN SPMB SMA/SMK Jatim Antre Panjang dari Subuh, DPRD Minta Evaluasi Total
"Kami sudah membuat yang namanya kajian. Tapi masih konsep, ya. Nanti kami akan berdiskusi sedikit dengan para paguyuban sopir angkot di sini," ujar Jaya, sapaan akrabnya.
Saat ini, pihaknya tengah menyusun kajian soal titik-titik lokasi yang akan digunakan sebagai pemberhentian armada feeder Trans-Jatim. Sebab, menurutnya, fungsi feeder nantinya bukan hanya sekadar sebagai pendukung.
Namun, melalui konsep tersebut ia juga mempertimbangkan nasib para sopir angkot yang selama ini menjadi bagian dari transportasi di Kota Malang. Bahkan, sempat menjadi moda transportasi publik andalan di Kota Malang.
"Kami ingin yang seperti ini bisa dialihkan untuk mendukung sistem feeder," imbuh Jaya.
Saat ini, terdapat sebanyak 15 trayek angkot yang ada di Kota Malang. Namun dari keseluruhan trayek tersebut, tak semua trayek aktif dan beroperasi. Hal itu disebabkan berbagai alasan.
"Dari 15 trayek angkot yang ada di Kota Malang, tidak semuanya hidup. Banyak kendaraan yang sudah tidak beroperasi maksimal, ada yang rusak, ada juga yang hanya jalan sesekali," terang Jaya.
Baca Juga : Jadi Venue Loncat Indah Porprov Jatim 2025, Selecta Ganti Papan Baru Habiskan Rp 100 Juta
Ia mencontohkan, pada trayek Arjosari–Gadang (AG), tingkat keterisian angkot atau load factor hanya sekitar 30 persen. Padahal idealnya load factor angkutan umum bisa mencapai 70 persen agar efisien.
Sejauh ini, ia mengklaim bahwa para pengemudi angkot memberikan respons yang positif atas rencana tersebut. Bahkan para sopir angkot berharap rencana itu dapat menjadi angin segar terhadap perbaikan layanan moda transportasi publik di Kota Malang. Juga meningkatkan daya saing mereka di tengah tekanan dari angkutan online. Pasalnya, tak dipungkiri bahwa di tengah pertumbuhan teknologi saat ini, angkot harus bersaing dengan moda transportasi publik berbasis online.
"Kata kuncinya adalah mereka ingin berubah menjadi lebih baik. Ini kesempatan agar mereka bisa bersaing dan tidak tertinggal. Karena bagaimana pun kami harus pikirkan juga keberlangsungan mereka," jelasnya.