JATIMTIMES - Indonesia sudah lama sedang menghadapi ironi yang tidak bisa diabaikan, yaitu banyaknya jumlah generasi muda khususnya Gen Z, tetapi ekonomi Indonesia belum siap menampung ledakan Gen Z dengan usia produktif tersebut. Masalah ini tentang masa depan jutaan Gen Z yang menjadi penentu arah bangsa atau justru menjadi beban jika tidak diberdayakan dengan tepat.
Pada saat ini pertumbuhan ekonomi bisa meningkat akibat jumlah penduduk usia produktif, yaitu Gen Z jauh lebih banyak daripada usia non produktif. Hal ini karena banyaknya tenaga kerja yang bisa terjun langsung ke lapangan kerja dan berkontribusi pada PDB. Akan tetapi di Indonesia masih kurang cukup banyak lapangan pekerjaan yang layak dan industri memiliki standar kualitas tenaga kerja sendiri.
Baca Juga : Tersorot Kamera dalam Keadaan Kurus, Begini Nasib Evan Dimas Sekarang
Tahun kelahiran Gen Z sekitar 1997-2012 yang di mana kini sebagian besar Gen Z merupakan seorang mahasiswa, fresh graduate, atau bahkan ada yang baru memulai karier. Gen Z hidup dan tumbuh di era digital dengan teknologi dan sangat adaptif terhadap perubahan. Akan tetapi dengan banyaknya keunggulan itu bisa menjadi tidak berarti saat bertemu dengan pasar kerja sempit yang tidak dapat menampung kehadiran Gen Z.
Beberapa atau bahkan banyak lulusan perguruan tinggi yang merupakan Gen Z tidak terserap di dunia kerja sehingga mereka menganggur. Hal ini disebabkan karena masih banyak lulusan perguruan tinggi yang tidak memiliki kompetensi atau standar kualitas yang dibutuhkan industri seperti keterampilan teknis yang relevan menganalisis data, coding, digital marketing.
Pada zaman sekarang banyak Gen Z yang memilih untuk menjadi content creator ataupun influencer, tetapi bidang ini masih belum memiliki regulasi yang jelas sehingga mereka tidak memiliki jaminan sosial.
Melihat kenyataan banyaknya Gen Z yang menganggur akhirnya banyak dari mereka yang memilih tidak menunggu dipanggil kerja namun ada yang membuka bisnis kecil, menjadi reseller, bahkan ada yang sampai mengembangkan aplikasi atau game. Gen Z menciptakan jalannya sendiri sebagai bentuk daya tahan di era banyaknya yang menganggur dan kreativitas mereka. Perlu di ingat tidak semua Gen Z mempunyai akses internet atau gadget memadai dan lingkungan mendukung yang akhirnya mereka terjebak dalam lingkaran kemiskinan struktural sehingga bisa menahan laju pertumbuhan ekonomi.
Banyaknya jumlah Gen Z, jika tidak diimbangi dengan kebijakan yang mendukung bisa menjadi boomerang atau ancaman bagi ekonomi bangsa. Indonesia akan menghadapi peningkatan angka pengangguran, penurunan produktivitas nasional karena SDM tidak berkembang, peningkatan ketimpangan sosial antar daerah, dan yang paling di takutkan yaitu hilangnya kepercayaan Gen Z terhadap sistem. Jika dibiarkan dalam jangka panjang bisa memicu frustasi sosial, kriminalitas atau migrasi besar-besaran ke luar negeri seperti yang sedang booming banyak di internet yang menggunakan #kaburajadulu karena mungkin mereka merasa tidak di hargai di dalam negerinya sendiri.
Seringkali terdengar stigma bahwa Gen Z “malas kerja”, “pilih-pilih kerja” tetapi kenyataannya banyak Gen Z yang sebenarnya siap bekerja tetapi sistem yang ada tidak menyediakan cukup ruang bagi mereka untuk tumbuh. Di satu sisi mereka dituntut memiliki pengalaman kerja bahkan untuk posisi entry-level. Di sisi lain, kesempatan mereka masih terbatas dan banyak lowongan pekerjaan yang menggunakan syarat yang tidak masuk akal seperti usia muda yang berpengalaman dengan pendidikan tinggi tapi gaji rendah.
Situasi ini tidak bisa dibiarkan tanpa solusi karena Gen Z Indonesia beresiko menjadi beban ekonomi dan ketidakstabilan sosial. Peran pemerintah disini harus diikuti dengan kebijakan nyata seperti memperkuat program wirausaha modal dengan menyiapkan program modal usaha yang mudah di akses, pelatihan berkelanjutan dan mentor bisnis yang relevan karena Gen Z bukan hanya mencari kerja tetapi menciptakan lapangan kerja. Selain itu dunia pendidikan harus dengan cepat menyesuaikan dengan kebutuhan industri modern. Kurikulum benar-benar harus dirancang untuk mengembangkan keterampilan praktis seperti teknologi digital, kerja tim, komunikasi.
Pemerintah juga dapat memperkuat perlindungan tenaga kerja muda dengan tujuan Gen Z yang bekerja di sector informal atau freelance juga perlu mendapat perlindungan hukum dan jaminan sosial. Negara harus menyesuaikan regulasi agar bias melindungi model kerja berbasis digital.
Baca Juga : Google Minta Pengguna Gmail Segera Upgrade Akun, Ini Alasannya
Fenomena melimpahnya jumlah Gen Z di Indonesia merupakan aset strategis dalam perjalanan pembangunan ekonomi bangsa. Dengan jumlah yang begitu besar dan karakteristik yang adaptif terhadap teknologi Gen Z memiliki potensi luar biasa untuk membawa Indonesia melaju ke masa depan. Namun potensi itu bisa pupus jika lapangan pekerjaan yang tersedia masih terbatas dan sistem pendidikan serta pelatihan belum mampu mengakomodasi kebutuhan dunia kerja yang terus berkembang.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), total jumlah pencari kerja terdaftar secara nasional sepanjang tahun 2021 ialah sebanyak 2.737.799 jiwa. Di antara banyaknya jumlah pencari kerja terdaftar di Indonesia, jumlah lowongan kerja terdaftar yang tersedia tidak menyentuh seperempat jumlah total pencari kerja. Pada tahun 2021, tercatat jumlah lowongan kerja terdaftar di Indonesia ialah sebanyak 507.799.
Kesenjangan antara jumlah pelamar pekerjaan di kalangan Gen Z dan lapangan kerja yang tersedia telah menciptakan tekanan struktural dalam pasar tenaga kerja nasional. Terlebih kualitas pendidikan yang belum merata, minimnya dukungan terhadap inovasi serta wirausahawan muda semakin memperparah persoalan. Tanpa intervensi serius dari berbagai pihak.
Jadi Gen Z bukanlah masalah. Mereka adalah generasi harapan masa depan. Yang menjadi masalah adalah pada system dan struktur yang belum siap menyambut mereka dengan jumlah mereka yang banyak. Lapangan kerja yang menyempit bukan hanya masalah persoalan ekonomi, tapi juga soal arah pembangunan.
Pilihannya ada di tangan kita semua baik pemerintah, dunia usaha, akademisi, dan masyarakat. Satu hal yang pasti yaitu jika Gen Z diberikan ruang untuk berkembang, mereka tidak hanya akan menjadi tenaga kerja tapi mereka akan menjadi pencipta masa depan bagi bangsa.