JATIMTIMES - Belakangan ini, isu mengenai pembangunan pagar laut menjadi sorotan publik. Pagar laut ini dipasang oleh pihak-pihak tertentu yang diduga untuk kepentingan bisnis yang akan menjadi problem bagi lingkungan. Keberadaannya justru menimbulkan kekhawatiran besar di kalangan pakar kelautan seperti Prof. Ir. Aida Sartikbul.
Guru Besar Bidang Oseanografi Perikanan dan Dinamika Ekosistem Laut dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Brawijaya (UB) ini membeberkan, bahwa salah satu dampak yang paling mencolok adalah terganggunya migrasi ikan, yang berpotensi merusak keseimbangan ekosistem laut.
Pagar laut dibangun tak jauh dari garis pantai, tepat di kawasan pesisir yang merupakan rumah bagi berbagai ekosistem penting. Di sana terdapat terumbu karang, padang lamun, dan hutan mangrove, tiga elemen kunci yang berperan sebagai tempat berkembang biak dan perlindungan bagi berbagai spesies laut.
Terumbu karang dan padang lamun menjadi substrat bagi telur ikan untuk menempel dan menetas, sementara hutan mangrove memberikan perlindungan bagi ikan-ikan muda sebelum kembali ke laut lepas. Kawasan ini dikenal sebagai nursery ground, yakni daerah asuhan bagi organisme laut sebelum mencapai fase dewasa. Dengan adanya pagar laut, siklus alami ini dapat terganggu.
Pihaknya juga mengingatkan, bahwa pagar laut dapat menjadi penghalang bagi ikan yang sedang bermigrasi ke pesisir untuk bertelur. Biasanya, ikan dewasa akan bergerak ke perairan dangkal, memijah, dan kemudian kembali ke laut. Namun, jika jalur ini terhambat, ada risiko besar bahwa ikan tidak dapat berkembang biak dengan optimal.
"Ikan akan berkutat di satu area dan kesulitan mencapai habitat idealnya. Jika proses bertelur terganggu, bukan tidak mungkin kita akan kehilangan beberapa spesies ikan dalam jangka panjang," ujar Prof Aida.
Kondisi ini dapat berdampak luas, bukan hanya pada keberlanjutan ekosistem, tetapi juga pada sektor perikanan yang bergantung pada populasi ikan di alam liar. Pembangunan pagar laut sisi lain memang bisa menjadi solusi bagi beberapa permasalahan di pesisir, seperti abrasi atau keamanan infrastruktur pantai. Namun, setiap proyek harus mempertimbangkan keseimbangan ekologis. Perlu ada kajian mendalam untuk memastikan bahwa pembangunan tersebut tidak merusak ekosistem yang sudah ada sejak lama.
Baca Juga : Guru ASN Kini Bisa Mengajar di Sekolah Swasta, Komisi E DPRD Jatim: Harus Diimplementasikan
"Tuhan telah memberikan kecukupan bagi manusia. Jika kita menginginkan lebih dari apa yang seharusnya, itu bukan lagi kebutuhan, melainkan keserakahan. Manusia harus belajar memanfaatkan alam dengan bijak," tambah sang pakar.
Polemik pagar laut ini menjadi pengingat bahwa pembangunan dan kelestarian alam harus berjalan beriringan. Jangan sampai keputusan yang diambil hari ini mengorbankan keberlanjutan lingkungan di masa depan.