JATIMTIMES - Memasuki Tahun Ular Kayu yang dimulai pada Rabu 29 Januari 2025 esok, pakar feng shui Yulius Fang mengimbau pemilik shio yang mengalami ciong atau kurang beruntung untuk lebih mawas diri dan berfokus pada perubahan hidup yang positif.
“Energi ciong ini bukan berarti kesialan atau hal negatif, tetapi bisa dimaknai sebagai perubahan yang memaksa seseorang keluar dari zona nyaman,” jelas Yulius dikutip Antara, Selasa (28/1/2025).
Shio yang diprediksi menghadapi tantangan di tahun ini meliputi shio babi, monyet, macan, dan ular. Menurut Yulius, perubahan yang terjadi biasanya berkaitan dengan posisi shio seseorang dalam siklus tahunan astrologi China.
Adapun shio babi untuk kelahiran 1983, 1995, 2007, 2019; shio monyet 1932, 1944, 1956, 1968, 1980, 1992, 2004, 2016; shio macan 1986, 1998, 2010, 2022; dan shio ular 1941, 1953, 1965, 1977, 1989, 2001, dan 2013.
Yulius menambahkan bahwa siklus ciong berlaku secara adil untuk setiap shio dalam rentang 12 tahun. Setiap orang setidaknya akan mengalami empat tahun penuh tantangan dalam siklus tersebut.
“Energi ciong sebaiknya tidak dianggap sebagai ancaman, tetapi dilihat sebagai peluang untuk melakukan penyesuaian dan perbaikan diri. Ini bisa menjadi tantangan yang perlu diantisipasi dan dijadikan kesempatan untuk tumbuh,” terangnya.
Perubahan tersebut dapat muncul dalam berbagai aspek kehidupan, seperti pekerjaan, tempat tinggal, hubungan sosial, maupun aktivitas lainnya. Meski prosesnya mungkin terasa tidak nyaman, Yulius yakin hasil akhirnya tetap bisa membawa kebaikan selama seseorang berfokus pada solusi dan menghindari konflik yang tidak perlu.
“Seperti ujian untuk naik kelas, jika kita fleksibel dan mampu beradaptasi, hasilnya bisa positif,” tambahnya.
Selain itu, Yulius menyarankan agar pemilik shio yang terkena ciong menghindari renovasi rumah atau tempat usaha. Menurutnya, renovasi dapat mengaktifkan energi buruk yang bisa memperburuk situasi.
Ia juga menekankan pentingnya menjaga ketenangan dan ketahanan diri saat menghadapi kesibukan yang mungkin meningkat akibat pengaruh ciong. “Ketika pikiran kurang jernih karena terlalu sibuk, risiko membuat kesalahan akan lebih besar. Oleh karena itu, introspeksi dan pengendalian diri sangat diperlukan,” ungkap Yulius.
Untuk diketahui, dalam ilmu feng shui, ciong berasal dari bahasa Hokkien yang berarti “bertubrukan.” Fenomena ini berkaitan dengan posisi relatif Planet Jupiter terhadap Bumi pada tahun tertentu. Karena Jupiter adalah planet terbesar di tata surya, energi besar yang dipancarkannya dianggap tidak harmonis dengan komponen shio tertentu, sehingga memunculkan tantangan atau hambatan bagi pemilik shio tersebut.
Sejak zaman dahulu, pakar feng shui menggunakan pengamatan langit dan astrologi China seperti BaZi untuk memahami pengaruh energi objek langit terhadap manusia. Sementara itu, energi langit terhadap bangunan dan lingkungan dikaji melalui ilmu feng shui.