JATIMTIMES - Sebelum memeluk Islam, Umar bin Khattab RA dikenal sebagai sosok yang keras, berpengaruh, dan sangat dihormati di kalangan suku Quraisy. Namun, kehidupannya pada masa jahiliah tak lepas dari kebiasaan-kebiasaan yang mencerminkan budaya keras masyarakat Arab pada masa itu. Transformasi besar terjadi setelah Umar menerima Islam, menjadikannya salah satu sahabat Rasulullah SAW yang paling berpengaruh.
Dijelaskan oleh Aminudin dan Harjan Syuhada dalam buku Al-Qur'an Hadis Madrasah Aliyah Kelas X, bahwa Umar bin Khattab RA, memiliki kebiasaan atau perilaku buruk di masa Jahiliah.
Baca Juga : Cegah Kecelakaan Bus, Pelaku Wisata Kota Batu Dorong Adanya Imbauan dan Cek Kendaraan di Setiap Titik Kumpul
Salah satu tindakan kelam Umar pada masa jahiliah adalah ikut terlibat dalam tradisi kejam mengubur anak perempuan hidup-hidup. Tradisi ini dilakukan demi menjaga kehormatan keluarga di tengah budaya patriarki yang merendahkan perempuan.
Dikisahkan, Umar pernah menggali kubur untuk putrinya sendiri. Ia kemudian menyisir janggut Umar, meninggalkan kesan mendalam yang kemudian membangkitkan penyesalan mendalam setelah ia memeluk Islam. Kisah ini menjadi simbol betapa Islam mengubah Umar, dari seorang pria yang terjebak adat jahiliah menjadi figur yang menghormati hak asasi manusia.
Kemudian, Umar juga tak lepas dari minuman keras dan mabuk-mabukan saat itu. Budaya meminum khamar sangat lazim di kalangan Quraisy, dan Umar adalah salah satu pelakunya. Sebagai seorang peminum berat, anggur dan minuman keras sering mewarnai kehidupannya. Namun, setelah menerima Islam, Umar meninggalkan kebiasaan ini meskipun saat itu larangan terhadap khamar belum sepenuhnya diturunkan.
Transformasi ini mencerminkan kekuatan iman dan tekad Umar dalam menjalani ajaran Islam. Ia berusaha mengendalikan dirinya dan meninggalkan gaya hidup lama yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam.
Kemudian, hal yang cukup mencengangkan adalah, Umar pernah berniat untuk membunuh Rasulullah SAW. Sifat keras dan tegas Umar membuatnya menganggap Islam sebagai ancaman terhadap tradisi Quraisy. Dalam amarahnya, ia pernah berniat membunuh Rasulullah SAW demi mempertahankan adat istiadat kaumnya.
Namun, niat ini berubah ketika ia mendengar bahwa adiknya, Fathimah, dan suaminya telah memeluk Islam. Dengan pedang terhunus, Umar mendatangi rumah Fathimah. Amarahnya memuncak ketika ia mendapati keduanya sedang membaca lembaran Al-Qur'an.
Baca Juga : BMKG Peringatkan Cuaca Ekstrem di Jawa Timur hingga 26 Januari 2025, Ini Wilayahnya
Dalam kemarahan, Umar memukul iparnya hingga terluka. Namun, keteguhan Fathimah dalam mempertahankan keyakinannya membuat Umar terdiam. Ketika diminta membaca Surah Thaha, Umar tersentuh oleh keindahan dan makna ayat-ayat Al-Qur'an. Saat itulah hatinya terbuka untuk Islam. Ia menemui Rasulullah SAW, bersyahadat, dan menjadi Muslim dengan sepenuh hati.
Kisah ini diceritakan dalam buku Edisi Indonesia: Biografi Umar bin Al-Khathab karya Ali Muhammad Ash-Shalabi.
Perubahan besar terjadi pada Umar setelah memeluk Islam. Setelah memeluk Islam, sifat keras dan tegas Umar berubah menjadi kekuatan yang digunakan untuk menegakkan kebenaran dan melawan kebatilan. Sebaliknya, ia menjadi sosok yang lembut, penuh kasih sayang, dan peduli terhadap kebutuhan umat, terutama setelah diangkat sebagai khalifah.
Transformasi Umar bin Khattab RA dari seorang tokoh jahiliah menjadi pilar penting dalam perjuangan Islam adalah bukti nyata bahwa keimanan mampu mengubah manusia menjadi pribadi yang lebih baik. Kisah hidupnya memberikan pelajaran bahwa setiap orang memiliki kesempatan untuk berubah menuju kebaikan, tidak peduli seberapa gelap masa lalunya.