JATIMTIMES - Naiknya harga komoditas emas perhiasan ternyata cukup berpengaruh pada pergerakan inflasi di Kota Malang. Bahkan sepanjang 2024, kenaikan harga emas ternyata memberikan kontribusi tertinggi pada pergerakan inflasi di Kota Malang.
Sebagai informasi, sepanjang tahun 2024 untuk periode year on year (yoy), inflasi di Kota Malang tercatat sebesar 1,36 persen. Menurut Kepala Badan Pusat Statistika (BPS) Kota Malang Umar Sjaifudin, sejak Januari hingga Desember 2024, komoditas emas perhiasan mengalami kenaikan harga hingga 34,10 persen.
Baca Juga : Sepanjang Tahun 2024, 19.462 Wisatawan Mancanegara Kunjungi Kota Batu
"Secara kumulatif dari Januari sampai Desember 2024, ada beberapa komoditas yang menyumbang inflasi. Salah satunya emas perhiasan yang mengalami kenaikan terus sehingga secara persentase terjadi inflasi 34,10 persen," ujar Umar.
Dirinya lantas menjelaskan bahwa kenaikan harga logam mulia perhiasan ini menjadi komoditas paling sentral memberikan andil sebesar 0,38 persen terhadap inflasi tahunan di Kota Malang. Harga emas sendiri juga mengikuti harga di dunia.
"Harga emas kan mengikuti harga dunia. Bahkan kalau saya sebutkan secara year on year (yoy), itu (emas) adalah komoditas nomor satu dalam hal penyumbang inflasi di 2024," ungkap Umar.
Selain emas perhiasan, juga ada kenaikan harga komoditas lain yang turut menyumbang inflasi di Kota Malang, yakni komoditas pangan. Misalnya bawang merah sebesar 38,79 persen, daging ayam ras sebesar 6,39 persen, telur ayam ras sebesar 8,06 persen, minyak goreng 7,12 persen.
"Untuk kenaikan harga bawang merah memberikan 0,09 persen andil terhadap inflasi, telur ayam ras 0,08 persen, dan minyak goreng 0,07 persen," imbuhnya.
Baca Juga : Ribuan Pendaftar Berebut Isi Formasi PPPK Tenaga Teknis Pemkab Situbondo, Honorer K2 Lolos Prioritas
Selain itu, kenaikan harga barang maupun pembiayaan jasa turut member andil terhadap pergerakan inflasi. Sebut saja sigaret kretek mesin (SKM) sebesar 4,10 persen dan kopi bubuk 9,48 persen.
Kemudian juga biaya perguruan tinggi sebesar 1,33 persen, tarif rumah sakit 5,28 persen dan bawang putih sebesar 13,02 persen. Kontribusinya terhadap inflasi tak lebih dari 0,1 persen.
"SKM memberi andil terhadap inflasi 0,07 persen, kopi bubuk 0,06 persen, biaya akademi atau perguruan tinggi 0,05 persen, tarif rumah sakit 0,04 persen, dan bawang putih 0,04 persen," terang Umar.