JATIMTIMES - Pentingnya kesehatan mata dan bagaimana diksi yang tepat untuk penyandang disabilitas netra dalam pemberitaan, menjadi topik "gayeng" saat pelatihan yang dihelat Yayasan Paramitra, di Madiun.
Menurut Asiah Sugianti, Direktur Yayasan Paramitra, saat ini menjaga kesehatan mata juga sangat penting dilakukan dengan disertai kepedulian dan keberpihakan pada penyandang disabilitas netra.
Baca Juga : Berhasil Singkirkan Indonesia dari Piala AFF 2024, Albert Capellas: Saya Sangat Senang
Yayasan Paramitra bekerjasama dengan CBM Global melakukan Program I SEE (Inclusive System for Effective Eye Care) di tahun 2024-2026 ini. Sasarannya di Magetan, Ngawi dan Madiun. Didasari data bahwa prevalensi gangguan penglihatan di Jatim ini tinggi yakni mencapai 4,4 persen,” ujarnya.
Program I SEE meliputi pada upaya mendorong penguatan sistem layanan kesehatan mata, mulai dari meningkatkan partisipasi masyarakat, sumber daya layanan sampai pada penguatan kebijakan dan sistem data. Semuanya membutuhkan dukungan berbagai pihak, termasuk jurnalis.
Dosen Sosiologi Universitas Brawijaya, Lutfi Amirudin, dalam materinya mengemukakan, wartawan sudah semestinya membiasakan pemakaian kalimat dan diksi yang berpihak pada pemenuhan hak penyandang disabilitas, termasuk disabilitas netra. Dia mencontohkan pemakaian kata-kata yang selama ini membuat stigma makin subur di masyarakat, terkait penamaan untuk penyandang disabilitas.
“Misalnya penyandang disabilitas disebut cacat. abnormal, penyebutan buta, tuna rungu, diposisikan sebagai pihak yang harus dibantu dan sebagainya,” katanya.
Baca Juga : Waspada Hujan Petir, Ini Prakiraan Cuaca Jatim Minggu 22 Desember 2024!
Masih butuh banyak langkah dalam memasyarakatkan perlakuan wajar, layak dan semestinya bagi disabilitas dan peran wartawan memegang peran penting di posisi ini. Sampai saat ini kalangan jurnalis termasuk Dewan Pers, merupakan salah satu pihak yang belum intensif diajak berdialog dan kerjasama dalam pola pemberitaan yang bisa berdampak positif bagi penyandang disabilitas.