JATIMTIMES - Mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Malang jurusan Bahasa dan Sastra Arab angkatan 2021 sukses menggelar pementasan drama berjudul “الحيوان الناطق” (Al-Hayawān An-Nāṭiq) yang berarti “Hewan yang Berakal”. Acara ini merupakan bagian dari proyek Ujian Akhir Semester (UAS) mata kuliah Fann Masrohiy atau Seni Pertunjukan.
Pementasan ini menampilkan tema besar eksploitasi lingkungan dengan gaya cerita fabel. Salsabila, selaku ketua pelaksana kegiatan, mengungkapkan bahwa tema ini berangkat dari keresahan kolektif terhadap kerusakan alam akibat ulah manusia. “Cerita ini mengangkat bagaimana manusia sering kali dianggap berakal, tetapi justru merusak lingkungan. Kami ingin membalik paradigma itu dengan mengedepankan nilai-nilai lingkungan dalam cerita,” ujarnya.
Baca Juga : Mengubah Cara Pengelolaan Sampah: Unisba Blitar Perkenalkan Teknologi Digital ke Bank Sampah
Drama yang didukung oleh elemen suara, cahaya, dan cerita yang memukau ini sukses memikat hati penonton meskipun menggunakan bahasa Arab. Meskipun tidak semua penonton memahami dialog secara langsung, aspek visual, audio, serta narasi yang kuat mampu menyampaikan pesan secara menyeluruh.
Proses persiapan pementasan berlangsung selama tiga bulan sejak Oktober hingga puncaknya pada 17 Desember 2024. Pemilihan ketua pelaksana dilakukan melalui sistem voting oleh kelas dan angkatan, lalu dilanjutkan pembentukan panitia bersama Badan Pengurus Harian (BPH) yang didampingi oleh ketua angkatan.
Salsabila menjelaskan bahwa tantangan yang dihadapi panitia cukup besar, mulai dari perizinan lokasi, koordinasi jadwal dengan anggota panitia dan aktor yang memiliki latar belakang dan aktivitas berbeda-beda, hingga tekanan minggu UAS yang bersamaan dengan waktu persiapan puncak acara. “Rasanya seperti dihadapkan dengan pilihan sulit: antara menyelesaikan UAS dan fokus pada pementasan. Tapi alhamdulillah, semua dapat kami lalui dengan kerja sama tim yang solid,” tuturnya.
Selain tantangan internal, panitia juga harus menghadapi keraguan awal dari teman-teman satu angkatan terhadap tema cerita fabel yang dianggap terlalu sederhana. Namun, melalui dialog yang intens dan penjelasan terkait makna mendalam di balik cerita, tema ini akhirnya diterima dan dikembangkan menjadi sajian berkualitas.
Yang unik, panitia berkomitmen untuk menerapkan gaya hidup ramah lingkungan dalam proses pementasan. “Kami mulai membawa botol minum sendiri, menggunakan wadah makan yang dapat digunakan berkali-kali, dan memanfaatkan barang-barang bekas seperti kardus, botol plastik, kertas tugas, hingga daun kering untuk dekorasi panggung,” jelas Salsabila.
Baca Juga : Titik Biru Bersejarah: Bagaimana Lempuyangan Menjadi Pusat Distribusi Minyak di Jogja
Sementara itu, judul “الحيوان الناطق” (Al-Hayawān An-Nāṭiq) terinspirasi dari definisi manusia dalam ilmu logika sebagai makhluk berakal. Melalui drama ini, pesan moral ingin disampaikan bahwa manusia, meskipun disebut makhluk berakal, sering kali bertindak seperti makhluk yang lupa akan tanggung jawabnya menjaga bumi. Drama ini juga diperkaya oleh referensi Al-Qur'an, seperti Surat Al-Ahzab ayat 72 dan Surat Ar-Rum ayat 41, yang menyindir manusia sebagai perusak alam.
Pementasan yang sukses ini mendapatkan sambutan hangat dari penonton, meskipun penuh dengan tantangan di setiap tahapnya. Bagi mahasiswa jurusan Bahasa dan Sastra Arab UIN Malang, acara ini tidak hanya menjadi media implementasi teori yang dipelajari di kelas, tetapi juga sarana membangun kesadaran lingkungan di masyarakat.