JATIMTIMES - Berdasarkan golongan barang (HS) 2 digit, ampas dan sisa industri makanan (HS 23) menjadi salah satu komoditas impor nonmigas utama Jawa Timur (Jatim). Pada Oktober 2024, Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim mencatat, komoditas tersebut bahkan menduduki peringkat kedua.
Nilai impor ampas dan sisa industri makanan mencapai USD 175,73 juta. Dengan nominal tersebut, komoditas ini menyumbang nilai impor sebesar 8,22 persen terhadap total nilai impor nonmigas Jatim pada Oktober 2024.
Baca Juga : Bank Jatim Dorong Optimalisasi Digital BUMDesa untuk Wujudkan Malang Makmur
"Golongan komoditas ini utamanya berasal dari Brasil dengan nilai impor sebesar USD 96,34 juta selama Oktober 2024," jelas BPS Jatim dalam laporan terbarunya, dikutip Kamis (12/12/2024).
BPS Jatim mencatat, nilai impor ampas dan sisa industri makanan pada Oktober 2024 melonjak hingga 49,76 persen dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai USD 117,34 juta. Secara kumulatif, pada periode Januari-Oktober 2024 impor komoditas ini telah mencapai USD 1,32 miliar.
Sementara itu, pada Oktober 2024, golongan mesin dan peralatan mekanis (HS 84) menjadi komoditas impor peringkat pertama Jatim, dengan nilai transaksi sebesar USD 204,37 juta atau mengalami penurunan sebesar 7,73 persen dari bulan sebelumnya.
"Kelompok barang ini mempunyai peranan sebesar 9,56 persen dari total impor nonmigas Jawa Timur bulan ini dan utamanya diimpor dari Tiongkok sebesar USD 104,85 juta," papar BPS Jatim.
Lebih lanjut peringkat ketiga barang masuk ke Jawa Timur adalah golongan besi dan baja (HS 72). Komoditas ini menyumbang nilai impor sebesar USD 172 juta.
Impor besi dan baja memiliki peranan sebesar 8,04 persen terhadap total nilai impor nonmigas Jatim. "Golongan komoditas ini utamanya berasal dari Tiongkok dengan nilai sebesar USD 106,10 juta," urai BPS Jatim.
Baca Juga : Jelang Nataru, Ditlantas Polda Jatim Lakukan Tes Urin Puluhan Sopir Bus
Selama Oktober 2024, persentase kenaikan impor nonmigas terbesar terjadi pada golongan besi dan baja (HS 72) dengan peningkatan nilai impor sebesar 59,38 persen dibandingkan nilai impor bulan sebelumnya.
Sebaliknya persentase penurunan impor nonmigas terbesar terjadi pada golongan Bahan kimia organik (HS 29), yang turun sebesar 11,23 persen dibandingkan bulan September 2024 dari USD 77,36 juta menjadi USD 68,68 juta.