JATIMTIMES – Di tengah derasnya arus modernisasi dan tantangan pendidikan, konsep Madrasah Ramah Anak (MRA) menjadi langkah progresif dalam menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan nyaman bagi siswa. Sebuah kegiatan sosialisasi bertema MRA berlangsung pada Selasa 10 September 2024, diprakarsai oleh MAN 1 Blitar, Program Studi Pendidikan (PSP) Universitas Islam Blitar (Unisba), dan Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Blitar.
Kegiatan ini dihadiri oleh Muhammad Iqbal Baihaqi, dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unisba, bersama timnya, serta Humas Kementerian Agama Kabupaten Blitar, Jamil Mashadi. Dalam sesi ini, mereka memberikan paparan bergantian tentang pentingnya membangun madrasah yang ramah terhadap anak.
Baca Juga : Rapat Koordinasi Dispendukcapil Blitar: Evaluasi Kinerja dan Dorong Transformasi Digital
Trisanti Mardiati, S.Pd., guru Bimbingan Konseling MAN 1 Blitar, menyampaikan apresiasinya terhadap kegiatan ini. “Kegiatan ini sangat bermanfaat bagi madrasah dan siswa. Harapannya, setelah sosialisasi ini, anak-anak semakin cinta terhadap tempat mereka belajar,” ujarnya. Menurut Trisanti, madrasah perlu menjadi tempat yang tidak hanya mendidik tetapi juga mendukung perkembangan emosional siswa.
Konsep Madrasah Ramah Anak tidak hanya menekankan aspek akademik, tetapi juga pembentukan karakter siswa. Dalam pandangan Trisanti, sekolah harus menjadi rumah kedua yang menghadirkan rasa aman dan kenyamanan sehingga siswa dapat belajar tanpa tekanan.
Sementara itu, Jamil Mashadi dari Kementerian Agama Kabupaten Blitar menyoroti pentingnya nilai-nilai kasih sayang dalam lingkungan pendidikan. Dalam paparannya, Jamil mengingatkan bahwa madrasah harus menjadi ruang yang bebas dari perundungan.
“Tidak ada tempat untuk perundungan di madrasah. Kita semua di sini dengan tujuan yang sama, yaitu mencari ilmu. Untuk itu, penting bagi kita mencintai dan menghormati satu sama lain sebagai sesama insan Tuhan,” tegasnya di hadapan peserta kegiatan.
Pesan ini menjadi salah satu sorotan penting dalam sosialisasi tersebut. Jamil juga mendorong para pendidik untuk terus menanamkan nilai-nilai kebersamaan dan toleransi di kalangan siswa sebagai bagian dari pembangunan karakter.
Muhammad Iqbal Baihaqi, dosen FKIP Unisba Blitar, menambahkan dimensi psikologis dalam konsep Madrasah Ramah Anak. Menurutnya, menciptakan lingkungan belajar yang nyaman memerlukan pendekatan yang komprehensif.
“Madrasah Ramah Anak adalah wujud nyata sinergi antara pendidikan dan psikologi. Ketika siswa merasa dihargai dan diperhatikan, mereka akan lebih termotivasi untuk belajar dan berkembang,” ungkap Iqbal.
Ia menekankan bahwa pendidik harus memahami kebutuhan individu setiap siswa untuk menciptakan pengalaman belajar yang optimal. Iqbal juga menyoroti peran penting kolaborasi antara lembaga pendidikan, universitas, dan pemerintah.
Baca Juga : Terkendala Regulasi, DLH Kota Malang Masih Pikirkan Insentif Penggerobak Sampah
“Kemitraan seperti ini sangat penting untuk memastikan bahwa program seperti MRA dapat diimplementasikan dengan baik dan berdampak positif bagi siswa,” tambahnya.
Kegiatan ini merupakan hasil kolaborasi antara tiga institusi utama: MAN 1 Blitar, PSP Unisba Blitar, dan Kementerian Agama Kabupaten Blitar. Sinergi ini menunjukkan bagaimana lembaga pendidikan dapat bekerja sama untuk menciptakan perubahan positif dalam sistem pendidikan.
Dengan pendekatan yang komprehensif dan kolaboratif, program Madrasah Ramah Anak diharapkan menjadi model bagi institusi pendidikan lain di Indonesia. Keberhasilan sosialisasi ini tidak hanya tercermin dari antusiasme peserta tetapi juga dari pesan-pesan yang disampaikan oleh para narasumber.
Kegiatan ini menggarisbawahi pentingnya peran semua pihak dalam menciptakan pendidikan yang inklusif. Dengan mengintegrasikan nilai-nilai kasih sayang, toleransi, dan penghargaan terhadap siswa, madrasah dapat menjadi tempat yang tidak hanya mencetak generasi cerdas, tetapi juga individu yang memiliki karakter kuat.
Di tengah era yang penuh tantangan ini, langkah menuju Madrasah Ramah Anak adalah investasi jangka panjang yang menjanjikan masa depan pendidikan yang lebih baik dan berkelanjutan.