JATIMTIMES - Gelombang demonstrasi besar terjadi di Pakistan ketika para pendukung mantan Perdana Menteri Imran Khan yang dipenjara bergerak menuju Islamabad ibu kota Pakistan, pada Senin (25/11), di tengah laporan kekerasan di beberapa daerah. Demonstrasi ini bertujuan menuntut pembebasan Khan yang telah dipenjara sejak Agustus tahun lalu.
Menghadapi situasi ini, pemerintah Pakistan mengambil langkah-langkah keamanan ketat. Mereka menempatkan kontainer pengiriman sebagai penghalang di jalan-jalan utama dan mengerahkan pasukan keamanan anti huru-hara dalam jumlah besar.
Baca Juga : Moon Gabi Melahirkan Anak Jung Woo Sung Tanpa Menikah, Sang Aktor Janji Tanggungjawab
Di provinsi Punjab bagian timur, semua layanan transportasi umum yang menghubungkan kota dengan terminal dihentikan sementara. Kebijakan ini diambil untuk membatasi mobilitas pengunjuk rasa dari partai Pakistan Tehreek-e-Insaf (PTI) yang dipimpin Khan, menurut keterangan para pejabat dan saksi mata.
"Kami tidak akan membiarkan mereka menyerbu ibu kota," kata Menteri Informasi provinsi Uzma Bukhari sebagaimana dikutip dari Reuters. Ia juga menambahkan bahwa sekitar 80 pendukung Khan telah ditangkap.
Ketika memberikan keterangan pers, ia menyampaikan bahwa konflik dan kerusuhan yang pecah di berbagai lokasi di provinsi itu mengakibatkan beberapa polisi terluka.
Di waktu yang sama, pengamanan ibu kota juga dipertebal karena pada hari ini, Senin, akan menyambut kedatangan Presiden Belarus, Aleksandr Lukashenko.
Partai pendukung Khan menuding pemerintah telah bertindak represif dalam menghalau demonstran, termasuk menahan ratusan anggota dan petinggi partai.
"Mereka bahkan menembakkan peluru tajam," salah satu ajudan Khan, Shaukat Yousafzai, mengatakan kepada penyiar Geo News TV.
Menanggapi situasi ini, pihak kepolisian menerbitkan larangan untuk segala bentuk pertemuan di Islamabad. Selain itu, pemerintah juga mengeluarkan kebijakan penutupan sekolah di kawasan Islamabad dan kota militer Rawalpindi, sambil memberlakukan pembatasan pada layanan internet dan aplikasi pesan WhatsApp.
Baca Juga : Kebakaran Besar di Manila Hanguskan 1.000 Rumah, Ribuan Keluarga Kehilangan Tempat Tinggal
Aksi demonstrasi yang disebut Khan sebagai ‘panggilan terakhir’ ini merupakan bagian dari rangkaian protes yang diorganisir partainya sejak penahanannya pada Agustus lalu. Mengingat demonstrasi sebelumnya di Islamabad pada Oktober lalu berujung ricuh, situasi kali ini patut diwaspadai.
Menurut informasi dari partainya, demonstrasi kali ini dipimpin oleh Bushra Bibi, istri ketiga Khan, bersama Ali Amin Gandapur, menteri utama Khyber Pakhtunkhwa yang juga merupakan tangan kanan Khan. Massa demonstran telah mencapai pinggiran Islamabad pada Minggu malam.
Perjalanan politik Khan mengalami guncangan sejak ia dicopot dari jabatannya oleh parlemen pada 2022, setelah terjadi konflik dengan institusi militer Pakistan. Saat ini, ia menghadapi berbagai dakwaan, mulai dari praktik korupsi hingga tuduhan menghasut kekerasan. Namun, baik Khan maupun partainya menyangkal semua tuduhan tersebut.
Di Pakistan, militer memegang kendali yang sangat signifikan dalam perpolitikan nasional. Institusi ini memiliki pengaruh besar dalam menentukan siapa yang akan memimpin negara berpenduduk 241 juta jiwa ini.