free web hit counter
Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Internasional

Ukraina Peringati 1.000 Hari Invasi Rusia, Targetkan Perdamaian Tahun Depan

Penulis : Anisa Tri Saraswati - Editor : Dede Nana

19 - Nov - 2024, 16:25

Placeholder
Para demonstran membawa plakat dan bendera selama demonstrasi yang menandai peringatan 1.000 Hari Invasi Rusia ke Ukraina, di luar Kedutaan Besar Rusia di London, Inggris, 17 November 2024. (Foto : REUTERS/Hollie Adams)

JATIMTIMES - Ukraina memperingati 1.000 hari sejak invasi besar-besaran Rusia pada Selasa (19/11), yang dimulai pada 24 Februari 2022. Invasi ini memperluas agresi Rusia di luar Donbas untuk mencoba membawa Ukraina sepenuhnya di bawah kendali Moskow. 

Pasukan Ukraina terus bertempur di berbagai medan, sementara Kyiv menghadapi serangan drone dan rudal yang sering terjadi, termasuk serangan besar pada 17 November yang merusak jaringan energi dan menimbulkan korban jiwa. 

Baca Juga : Harga Emas Antam 19 November Naik Rp 15.000, Jadi Rp 1.491.000 Per Gram

"Selama 1.000 hari, Angkatan Bersenjata Ukraina telah menghadapi musuh di garis depan, yang membentang lebih dari 1.000 kilometer," kata Panglima Tertinggi Oleksandr Syrskyi pada 19 November dikutip dari The Kyiv Independent.

"Di parit beku Oblast Donetsk dan di padang rumput yang terbakar di Oblast Kherson di bawah tembakan peluru, hujan es, dan senjata antipesawat, kami berjuang demi hak untuk hidup. Demi kami dan anak-anak kami." tambahnya.

Perang selama 33 bulan ini telah menewaskan ribuan warga Ukraina, membuat lebih dari enam juta menjadi pengungsi, dan menurunkan populasi negara itu hingga seperempat sejak Vladimir Putin memerintahkan invasi yang memulai konflik terbesar di Eropa sejak Perang Dunia Kedua.

Kembalinya Donald Trump, yang berjanji akan segera mengakhiri perang tanpa menjelaskan caranya, menimbulkan keraguan tentang masa depan bantuan militer AS ke Ukraina dan kelanjutan front persatuan Barat melawan Putin, sekaligus membuka peluang negosiasi untuk mengakhiri konflik. 

Ukraina menghadapi eskalasi konflik dengan Rusia yang telah memperkuat posisinya menggunakan drone Iran, peluru artileri, rudal balistik Korea Utara, dan 11.000 tentara Korea Utara. Kyiv memperkirakan Pyongyang dapat mengirim hingga 100.000 tentara tambahan. 

Di Oblast Kursk, ribuan pasukan Rusia dan Korea Utara bersiap melancarkan serangan balasan terhadap Ukraina, yang sebelumnya merebut sebagian wilayah tersebut pada Agustus sebagai alat tawar-menawar. Ukraina mempertahankan wilayah ini dengan beberapa pasukan terbaiknya, meski Rusia telah mengerahkan 50.000 tentara dan membuat kemajuan di timur, timur laut, dan tenggara Ukraina.

Dengan musim dingin yang tiba, Rusia meningkatkan serangan terhadap sistem tenaga listrik Ukraina, termasuk serangan terbesar sejak Agustus yang melibatkan 120 rudal dan 90 drone. 

Baca Juga : RSU Wajak Husada Konsisten Dukung Dunia Pendidikan, Berharap Lomba Video Inovasi Pembelajaran Kurikulum Merdeka Berkelanjutan

Presiden AS Joe Biden telah mengizinkan penggunaan senjata jarak jauh oleh Ukraina untuk menyerang target di dalam wilayah Rusia. Namun, bantuan eksternal tetap krusial, karena ekonomi Ukraina, yang menyusut sepertiga pada 2022, masih hanya 78% dari ukuran sebelum invasi. Industri baja dan biji-bijian Ukraina juga mengalami pukulan berat.

Misi Pemantauan HAM PBB mencatat 11.743 kematian warga sipil di Ukraina, meski pejabat Kyiv percaya jumlahnya lebih tinggi. Presiden Volodymyr Zelenskiy menegaskan Ukraina berupaya mengakhiri perang melalui diplomasi tahun depan, namun menolak gencatan senjata tanpa jaminan keamanan. Kremlin tetap menuntut Ukraina meninggalkan ambisi NATO dan menyerahkan empat wilayah yang dikuasai sebagian Rusia, syarat yang dianggap Kyiv sebagai bentuk penyerahan.

Lapangan Kemerdekaan Kyiv kini dipenuhi bendera kecil menghormati korban, mengingatkan pada protes pro-Eropa 2014 yang memicu pengambilalihan Krimea oleh Rusia dan pemberontakan di timur yang menewaskan 14.000 orang sebelum kesepakatan Minsk menghentikan pertempuran. 

Setelah Kanselir Jerman Olaf Scholz menelepon Putin untuk pertama kalinya dalam hampir dua tahun, Zelenskiy menyatakan bahwa tindakan tersebut mengurangi keterasingan Putin. Namun, Zelenskiy menentang gagasan pembicaraan gaya Minsk baru.

"Kami ingin memperingatkan semua orang: tidak akan ada 'Minsk 3'; yang kami butuhkan adalah perdamaian sejati," katanya.


Topik

Internasional ukraina rusia perang ukraina rusia



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Anisa Tri Saraswati

Editor

Dede Nana