free web hit counter
Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Peristiwa

Surat Permintaan Pengerahan Siswa di Sleman untuk Sambut Kedatangan Presiden Tuai Kritikan

Penulis : Binti Nikmatur - Editor : A Yahya

25 - Oct - 2024, 14:30

Placeholder
Surat pengerahan siswa untuk menyambut presiden di Sleman tuai kritikan. (Foto: X)

JATIMTIMES - Kabar tentang permintaan pengerahan siswa sekolah untuk menyambut rombongan Presiden RI Prabowo Subianto dan para menteri Kabinet Merah Putih di Sleman menjadi sorotan publik. Surat yang dikeluarkan oleh Komandan Kodim 0732/Sleman tertanggal 23 Oktober 2024, dan bernomor B/1480/X/2024 ditujukan kepada Kepala Dinas Pendidikan Sleman untuk menginstruksikan siswa berjajar di sepanjang jalan yang akan dilalui rombongan presiden pada 24 dan 27 Oktober 2024. 

Isi surat ini menyebutkan bahwa permintaan tersebut merupakan tindak lanjut dari Surat Telegram Danrem 072/Pmk No ST/621/2024, yang bertujuan menyambut kedatangan presiden di wilayah Provinsi DIY dan Jawa Tengah. Dalam permintaan itu, siswa diminta mengenakan seragam sekolah dan membawa bendera kecil merah putih. 

Seperti diketahui, mulai hari ini, Jumat (25/10) para menteri dan wakil menteri Kabinet Merah Putih mengikuti kegiatan pembekalan di Akademi Militer atau Akmil Magelang, Jawa Tengah. Untuk menuju ke Magelang, rombongan Presiden dan para pejabat Kabinet Merah Putih melintas sekitaran Provinsi DIY dan Jawa Tengah. 

Sontak, surat itu menuai reaksi keras dari kalangan penulis, aktivis, dan masyarakat yang mempertanyakan manfaat dan etika dari pengerahan siswa untuk kegiatan tersebut. 

Salah satu kritik pedas datang dari penulis dan pengamat sosial Made Supriatma, yang mengungkapkan kekhawatirannya melalui Instagram pribadinya. Supriatma menceritakan bahwa dirinya mendapat informasi mengenai anak-anak sekolah di Magelang yang dipaksa berjajar di pinggir jalan untuk menyambut presiden. “Berjam-jam anak-anak menunggu, namun sang presiden tak kunjung datang,” ujarnya. 

Menurut Supriatma, adanya surat tersebut mengingatkannya pada masa Orde Baru ketika pengerahan massa dilakukan untuk menyambut kedatangan pemimpin. "Untuk saya, ini seperti deja vu. Apakah kita tidak sedang kembali ke era Orde Baru?” katanya. 

Ia menyoroti bahwa anak-anak sekolah, yang seharusnya berada di ruang kelas untuk belajar, kini dikerahkan hanya untuk menyambut elite negara. "Jangan bicara soal mencerdaskan bangsa jika masih berpikir ala jaman kerajaan di mana raja perlu disembah dan dielu-elukan," ujarnya. 

Kritikan lain yang dilontarkan Supriatma adalah terkait pertanyaan tentang kewenangan militer dalam meminta pengerahan siswa. “Kenapa anak-anak sekolah? Mengapa tidak tentara saja?” tanyanya. Menurutnya, tindakan ini merupakan penyalahgunaan wewenang yang mengorbankan anak-anak yang seharusnya berada di kelas untuk belajar. 

Ia juga mendengar cerita bahwa siswa-siswa tersebut sempat mengalami hujan dan terik matahari, tanpa ada fasilitas makan. “Mereka pulang dalam keadaan kepanasan dan kehujanan, serta mengeluhkan lapar. Mereka tidak mendapatkan makanan gratis,” ungkapnya. Ia pun menyebut situasi ini sebagai "abuse" atau penyalahgunaan kekuasaan yang sangat menyedihkan. 

Sementara itu, penulis dan aktivis Kalis Mardiasih juga turut memberikan komentar atas kejadian ini. Dalam cuitannya di X, Kalis menyoroti budaya birokrasi yang menurutnya masih menempatkan rakyat sebagai objek untuk kepentingan pemimpin.

Ia mempertanyakan apakah benar masyarakat harus terus “tenang” menghadapi praktik-praktik yang ia anggap mengabaikan hak dan kenyamanan rakyat, terlebih anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah. 

"Tenang, konon kita harus tenang," @mardiasih. 

Kritik Kalis menyiratkan bahwa pengerahan massa dalam bentuk siswa sekolah untuk kegiatan semacam ini seharusnya tidak perlu dilakukan. Para siswa bukanlah properti yang dapat digunakan untuk keperluan seremonial yang sebenarnya tidak berhubungan dengan pendidikan mereka. 

Sontak unggahan Kalis itu pun menuai beragam reaksi dari warganet di X. 

"Miris, kebayang abis kehujanan lalu kepanasan dan kelaparan karna tidak di kasih konsumsi," @neo***. 

"Ini org militer banyak yg mindsetnya masih orde baru. You and your institution aren't the center of the world," @yauda*****. 

"Mba kmrin aku selama di jogja jalanan semrawut, macet. Trs banyak anak2 disuruh berdiri lama bgt di pinggir jalan buat nunggu mobil2 jajaran itu lewat. Pikirku ngapain mereka harus begitu cuma buat dadah dadah. Mana sampe sore bgt," @Membiru*****.


Topik

Peristiwa Prabowo Subianto kabinet merah putih



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Binti Nikmatur

Editor

A Yahya