JATIMTIMES - George Harrison, dikenal sebagai "The Quiet Beatle," bukan hanya sekadar gitaris dari salah satu band paling ikonik dalam sejarah musik, The Beatles.
Lahir di Liverpool pada 25 Februari 1943, Harrison membawa keunikan dan kedalaman yang berbeda ke dalam band yang mendefinisikan sebuah era.
Baca Juga : Unisma Perkuat Karakter Keagamaan Mahasiswa Lewat Halaqoh Diniyah
Namun, di balik ketenaran dan kesuksesannya, ada perjalanan spiritual yang dalam, berakar dari kecintaannya terhadap musik dan budaya India, serta ajaran Hindu yang membentuk pandangannya tentang kehidupan.
Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi perjalanan Harrison, dari kedudukannya sebagai anggota The Beatles hingga pencarian spiritualnya yang mendalam, dan bagaimana keduanya saling berinteraksi untuk menciptakan warisan yang tak terlupakan.
Awal Karir dan The Beatles
George Harrison mulai mengenal dunia musik sejak usia muda. Pada tahun 1958, saat berusia 15 tahun, ia bergabung dengan band The Quarrymen, yang didirikan oleh John Lennon.
Ketika Paul McCartney bergabung, mereka kemudian menjadi The Beatles dan merilis album debut mereka, Please Please Me, pada tahun 1963.
Meskipun Harrison adalah anggota termuda, kontribusinya dalam band tak dapat dianggap remeh. Dia menciptakan beberapa lagu yang sekarang menjadi klasik, termasuk "Here Comes the Sun," "Something," dan "While My Guitar Gently Weeps."
Lagu-lagu ini bukan hanya menampilkan bakat musiknya, tetapi juga menunjukkan pengaruh spiritual dan budaya yang mendalam, yang akan menjadi ciri khas dalam karyanya.
Salah satu aspek yang membuat Harrison menonjol di antara anggota The Beatles lainnya adalah ketertarikan mendalamnya terhadap spiritualitas.
Pada pertengahan tahun 1960-an, saat The Beatles mencapai puncak ketenaran mereka, Harrison mulai mempelajari musik India dan budaya Timur, dimulai dengan belajar sitar dari Ravi Shankar. Lagu-lagu seperti "Norwegian Wood (This Bird Has Flown)" dan "Within You Without You" menunjukkan pengaruh musik India, menggabungkan elemen-elemen baru yang memperkaya musik pop barat dan menjadikannya semakin kompleks.
Spiritualitas dan Agama Hindu
Minat Harrison terhadap agama Hindu dan spiritualitas tumbuh seiring dengan perjalanan kariernya di The Beatles. Ia mulai memperdalam pemahaman tentang agama ini melalui pembacaan teks-teks seperti Bhagavad Gita, dan melakukan meditasi transendental, yang menjadi bagian penting dalam hidupnya.
Dalam sebuah wawancara pada tahun 1970, Harrison menegaskan bahwa ia tidak hanya melihat musik sebagai cara untuk berkomunikasi, tetapi juga sebagai sarana untuk mengekspresikan spiritualitasnya.
Dalam pandangan George Harrison, agama Hindu menawarkan perspektif yang mendalam tentang eksistensi Tuhan dan jiwa. Ia berpendapat bahwa pertanyaan tentang keberadaan Tuhan terus mengemuka, namun dalam ajaran Hindu, setiap jiwa dianggap suci.
Harrison mengungkapkan keyakinannya bahwa semua agama adalah cabang dari satu pohon besar, dan tidak masalah apa sebutan yang digunakan asalkan masih merujuk kepada-Nya.
Menurutnya, pengertian ini memberikan kedamaian dan menegaskan pentingnya spiritualitas dalam kehidupan.
Ia juga membandingkan realitas dengan citra dalam film, di mana segala sesuatu di alam semesta tampak seperti ilusi—kombinasi cahaya dan bayangan. Ia mencatat bahwa perubahan persepsi seseorang dapat terjadi ketika mereka menyadari bahwa penciptaan adalah sebuah film yang megah, di mana realitas sejati terletak di balik, bukan di dalamnya.
George menegaskan bahwa kepercayaan Hindu membantunya melihat dunia dengan cara yang berbeda, dan memberi kekuatan untuk merasakan keberadaan Tuhan melalui meditasi dan kesadaran.
Harrison melanjutkan dengan mengungkapkan keinginannya untuk melihat Tuhan, mencatat bahwa meyakini sesuatu tanpa bukti tidak ada gunanya. Ia menekankan bahwa melalui praktik meditasi, seseorang bisa benar-benar merasakan kehadiran Tuhan, bahkan sampai pada tingkat bermain dan bercengkerama bersama-Nya.
Dalam pandangan Harrison, spiritualitas bukan hanya tentang peribadatan, tetapi tentang pengalaman langsung dan personal dengan Tuhan.
Lebih jauh lagi, ia menyatakan bahwa kepercayaannya dalam Hinduisme telah membuatnya menjadi manusia yang lebih baik dan lebih bahagia. Ia merasakan bahwa ia tak terbatas dan mampu mengendalikan tubuhnya dengan lebih baik.
Harrison menyentuh perbedaan antara kepercayaan Hindu dan tradisi Kristen, menyatakan bahwa meskipun gereja menyampaikan pesan tentang Tuhan, mereka tidak memberikan jalan untuk mencapai kesadaran akan Kristus. Dalam hal ini, ajaran Hindu memberikan panduan yang lebih jelas untuk menemukan jalan spiritual.
Harrison juga merujuk pada pernyataan Gandhi tentang menciptakan dan mempertahankan citra yang dipilih. Ia menegaskan bahwa citra yang ingin ia tampilkan bukanlah sebagai George dari The Beatles, melainkan sebagai individu yang hidup di saat ini, terlepas dari penilaian orang lain.
Baca Juga : UIN Malang Tuan Rumah ICONIES ke-10, Konferensi Internasional Ekonomi Islam yang Membawa Perubahan
Dalam ungkapan yang kuat, ia menekankan bahwa hidupnya adalah milik Tuhan, dan ia merasa seperti anjing yang dituntun oleh rantai yang dimiliki Krishna. Pengakuan ini, baginya, merupakan bentuk kerendahan hati yang mendalam dan membawa kebahagiaan.
Di tahun 1988, Harrison mencatat bahwa pandangannya tentang agama tetap sama seperti di tahun 60-an. Meskipun ia tidak lagi berhubungan dengan penganut kepercayaan Krishna setelah wafatnya Prabhupada, ia menyatakan bahwa pengalaman spiritual adalah sesuatu yang bersifat pribadi dan tidak perlu dipamerkan kepada orang lain.
Ia tetap menulis lagu-lagu yang mencerminkan pandangannya, meskipun beberapa di antaranya belum selesai. Salah satu lagu di album "Cloud Nine," berjudul "Fish on the Sand," terinspirasi oleh ajaran Yogananda, menunjukkan bahwa meskipun jarang bergaul dengan komunitas, spirit dan ajaran tersebut tetap mengalir dalam karya-karyanya.
Dengan demikian, pandangan George Harrison tentang agama Hindu mencerminkan perjalanan spiritual yang mendalam dan pencarian akan makna kehidupan yang lebih besar, di mana setiap individu berupaya untuk memahami dan merasakan keberadaan Tuhan dalam konteks yang lebih luas.
Warisan Spiritual dan Musik
Setelah bubarnya The Beatles pada tahun 1970, Harrison melanjutkan karier solo yang sukses. Album All Things Must Pass dirilis dan menjadi salah satu album terlaris yang pernah dirilis oleh mantan anggota The Beatles. Album ini tidak hanya menampilkan lagu-lagu yang berkualitas, tetapi juga mencerminkan perjalanan spiritualnya yang terus berkembang.
Selain musik, Harrison juga terlibat dalam kegiatan filantropi. Salah satu inisiatif paling terkenal adalah The Concert for Bangladesh pada tahun 1971, yang ia organisir untuk membantu rakyat Bangladesh yang mengalami krisis kemanusiaan.
Konser ini menjadi salah satu acara amal pertama dalam sejarah musik rock, menunjukkan bahwa Harrison tidak hanya peduli pada musik, tetapi juga pada kemanusiaan dan spiritualitas.
Ketertarikan Harrison pada film juga terlihat ketika ia mendirikan perusahaan produksi HandMade Films, yang memproduksi sejumlah film penting selama dekade 1980-an.
Meskipun karier filmnya tidak sepopuler musiknya, hal ini menunjukkan keinginan Harrison untuk mengeksplorasi berbagai bentuk seni dan bagaimana seni dapat digunakan untuk menyampaikan pesan yang lebih dalam.
Akhir Hayat dan Legacy
George Harrison meninggal dunia pada 29 November 2001, akibat kanker. Seperti yang diinginkannya, jasadnya dikremasi, dan sebagian dari abunya disebar di Sungai Ganges, sesuai dengan tradisi Hindu yang mencerminkan kedekatannya dengan budaya India dan spiritualitas Hindu.
Tindakan ini bukan hanya sebagai bentuk penghormatan terhadap warisannya, tetapi juga sebagai simbol perjalanan spiritual yang ia jalani sepanjang hidupnya.
Melihat kembali perjalanan hidupnya, Harrison tidak hanya dikenang sebagai salah satu anggota The Beatles, tetapi juga sebagai musisi visioner yang membawa pengaruh budaya dan spiritual yang mendalam ke dalam musik rock.
Melalui lagu-lagu dan ajaran yang ia bagikan, ia mendorong pendengar untuk mencari makna yang lebih dalam dalam kehidupan mereka sendiri.
Dalam pandangan Harrison, pencarian spiritual bukanlah sekadar keyakinan, tetapi juga merupakan perjalanan yang harus dijalani dengan kejujuran dan ketulusan. Ia percaya bahwa dengan meditasi dan kesadaran yang mendalam, seseorang dapat mencapai pemahaman yang lebih baik tentang diri mereka dan Tuhan.
Dengan begitu, George Harrison tetap hidup dalam karya-karyanya dan dalam hati orang-orang yang terinspirasi oleh musik dan pesan-pesan spiritualnya.
George Harrison adalah sosok yang unik, yang berhasil menggabungkan dunia musik yang glamor dengan pencarian spiritual yang mendalam. Dengan perjalanan dari Liverpool ke panggung dunia dan pengaruh budaya India yang kuat, ia menunjukkan bahwa musik tidak hanya sekadar hiburan, tetapi juga bisa menjadi sarana untuk menyampaikan pesan spiritual yang mendalam.
Dalam dunia yang terus berubah, warisan George Harrison tetap relevan, menginspirasi generasi baru untuk mengeksplorasi spiritualitas dan seni dengan cara yang baru dan bermakna. Melalui musiknya, ia mengajarkan kita bahwa di balik setiap nada dan lirik, ada cerita yang lebih dalam, dan setiap pencarian spiritual adalah perjalanan yang layak untuk dijalani.