JATIMTIMES - Ketika membicarakan tentang makanan praktis yang sering disajikan kepada anak-anak, nugget dan sosis sering kali menjadi pilihan utama para orang tua. Makanan ini memang populer karena mudah diolah dan disajikan, serta digemari oleh anak-anak. Namun, benarkah nugget dan sosis merupakan sumber protein yang sehat bagi anak?
Menurut Erwin Setiawan, seorang ahli dalam bidang Food Science Technology, nugget dan sosis adalah contoh makanan olahan daging instan yang mengandung Bahan Tambahan Pangan (BTP) seperti pengawet, pewarna, dan penstabil.
Baca Juga : 5 Hal Penting yang Harus Kamu Ketahui Sebelum Berkunjung ke Ranu Regulo
"Ini bukan berarti nugget dan sosis tidak boleh dikonsumsi, tetapi jangan menganggap makanan ini sebagai pengganti sumber protein hewani yang utama," ungkap Erwin melalui akun Instagramnya @anakpanganindonesia, dikutip Minggu (22/9).
Dalam hal ini, Erwin menekankan bahwa nugget dan sosis tidak boleh dijadikan andalan sebagai sumber protein yang sehat, terutama untuk konsumsi harian.
Nugget dan sosis, meskipun berbahan dasar daging, menurut Erwin telah melalui proses pengolahan yang panjang dan sering kali melibatkan penambahan zat aditif. Bahan-bahan seperti pengawet digunakan untuk memperpanjang masa simpan produk, sementara pewarna dan penstabil digunakan untuk menjaga tampilan dan tekstur produk tetap menarik.
Meskipun tidak serta-merta berbahaya jika dikonsumsi sesekali, bahan tambahan pada nugget dan sosis bisa berdampak buruk jika dikonsumsi dalam jumlah besar atau dalam jangka waktu yang panjang.
Pengolahan daging dengan cara ini juga mengurangi kandungan gizi alaminya. Sementara daging segar memiliki kandungan protein dan nutrisi yang tinggi, pengolahan yang intensif sering kali menurunkan nilai gizi tersebut.
Selain itu, beberapa produk nugget dan sosis juga mengandung lemak jenuh dan garam dalam jumlah yang tinggi, yang dapat memicu berbagai masalah kesehatan jika dikonsumsi berlebihan.
Erwin menyarankan agar para orang tua sebisa mungkin membuat nugget dan sosis sendiri di rumah. "Dengan membuatnya secara homemade, kita bisa mengontrol bahan-bahan yang digunakan dan meminimalkan penggunaan zat aditif," ungkapnya.
Ia juga menyarankan untuk menambahkan bumbu alami seperti rempah-rempah dan sayuran, misalnya wortel, agar anak-anak tetap mendapatkan asupan serat dan nutrisi dari makanan yang mereka konsumsi. "Menambahkan bumbu seperti MSG tidak masalah selama tidak berlebihan, tetapi sebaiknya coba variasikan dengan rempah-rempah alami," tambahnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Tahrir Aulawi' dalam studi berjudul "Hubungan Konsumsi Daging Merah dan Gaya Hidup Terhadap Risiko Kanker Kolon" menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara konsumsi daging merah olahan dengan risiko kanker, terutama kanker kolon.
Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa mengonsumsi daging merah olahan dengan rata-rata 168 gram per hari meningkatkan risiko kanker kolon sepuluh kali lebih besar dibandingkan dengan mengonsumsi daging merah segar.
Penelitian ini juga menyarankan agar konsumsi daging merah dibatasi hingga kurang dari 70 gram per minggu untuk menurunkan risiko kanker antara 5 hingga 12 persen. Sebaliknya, mengonsumsi daging putih, terutama unggas, tidak memiliki kaitan dengan peningkatan risiko kanker, bahkan asupan tinggi ikan dapat memberikan perlindungan terhadap promosi kanker.
Baca Juga : Frekuensi Ideal Hubungan Intim Agar Cepat Hamil, Begini Penjelasan DokterĀ
"Dari hasil penelitian ini, jelas bahwa konsumsi daging merah olahan, termasuk sosis dan nugget, sebaiknya dibatasi. Risiko kesehatan yang ditimbulkan dari konsumsi berlebihan makanan ini tidak bisa dianggap remeh, terutama dalam jangka panjang. Anak-anak yang terbiasa mengonsumsi makanan olahan ini tanpa kontrol bisa saja mengalami peningkatan risiko terhadap penyakit degeneratif seperti kanker dan gangguan metabolisme lainnya di kemudian hari," jelasnya.
Sebagai orang tua yang peduli terhadap kesehatan anak, penting untuk mencari alternatif sumber protein yang lebih sehat. Mengandalkan nugget dan sosis sebagai makanan utama tidak hanya berpotensi merugikan kesehatan, tetapi juga membatasi anak dalam mengeksplorasi berbagai jenis makanan bergizi lainnya. Berikut adalah beberapa alternatif yang bisa dipertimbangkan:
1. Daging Segar: Memilih daging segar, baik itu daging sapi, ayam, atau ikan, akan memberikan asupan protein yang lebih baik tanpa risiko tambahan dari zat aditif. Daging segar kaya akan protein berkualitas tinggi yang penting untuk pertumbuhan anak.
2. Ikan: Ikan merupakan salah satu sumber protein yang sangat baik dan kaya akan asam lemak omega-3, yang sangat penting untuk perkembangan otak anak. Penelitian juga menunjukkan bahwa konsumsi ikan secara teratur dapat memberikan perlindungan terhadap risiko kanker.
3. Tahu dan Tempe: Bagi keluarga yang mencari alternatif dari daging, tahu dan tempe adalah pilihan yang tepat. Keduanya kaya akan protein nabati dan sangat mudah diolah menjadi berbagai jenis hidangan yang lezat dan sehat.
4. Telur: Telur merupakan sumber protein yang murah dan mudah diolah. Selain itu, telur juga mengandung berbagai vitamin dan mineral penting seperti vitamin D, B12, dan zat besi.
5. Kacang-Kacangan: Mengonsumsi kacang-kacangan seperti kacang merah, kacang polong, atau lentil juga dapat menambah asupan protein tanpa menambah risiko dari bahan tambahan seperti yang ada pada daging olahan.
Demikian penjelasan soal kandungan nutrisi pada nugget dan sosis. Semoga informasi ini bermanfaat!