JATIMTIMES - Universitas Islam Balitar (Unisba) Blitar dan SD Muhammadiyah Kota Blitar baru saja menggelar kegiatan kolaboratif untuk menyusun program Gerakan Literasi Sekolah (GLS) berbasis kearifan lokal Blitar. Program ini bertujuan meningkatkan minat baca dan literasi siswa dengan pendekatan budaya lokal, yang kaya akan nilai-nilai sejarah dan tradisi. Model BTS (Baca Tulis Sampaikan) menjadi metode utama yang diusung dalam program ini.
Kegiatan kolaboratif yang dilaksanakan pada Selasa, 10 September 2024, di SD Muhammadiyah Kota Blitar ini merupakan bagian dari program Pemberdayaan Masyarakat Pemula (PMP) yang didanai oleh Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM) tahun anggaran 2024.
Baca Juga : Harga Emas Antam Hari Ini 19 September 2024 di Surabaya: Turun Rp 10 Ribu
PMP ini diinisiasi oleh tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) UNISBA Blitar, yang diketuai oleh Ida Putriani, S.Pd., M.Pd., dengan anggota tim dosen dan mahasiswa. Para dosen yang terlibat meliputi Ida Putri Rarasati, S.Si., M.Pd., dosen Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, serta Sripit Widiastuti, S.Pd., M.Pd., dosen Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
Adapun anggota tim mahasiswa adalah Armelia Fatmawati dari Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) dan Zumayra Afida Syifa dari Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).
Ketua tim, Ida Putriani, menyampaikan bahwa kolaborasi ini merupakan bagian dari komitmen perguruan tinggi untuk mendukung pengembangan pendidikan dasar. "Kami ingin menyelaraskan literasi dengan aspek budaya, agar siswa lebih mudah terhubung dengan materi. Dengan belajar dari hal-hal yang dekat dengan kehidupan sehari-hari mereka, pemahaman siswa akan semakin mendalam," ungkap Ida Putriani.
Ia juga menambahkan bahwa penyusunan program literasi sesuai kebutuhan tiap kelas akan membantu terlaksananya kegiatan literasi secara konsisten, yang nantinya akan berdampak pada minat baca dan kemampuan literasi siswa.
Sementara itu, salah satu dosen yang terlibat, Ida Putri Rarasati, S.Si., M.Pd., menekankan pentingnya nilai-nilai kearifan lokal dalam literasi sekolah. "Kearifan lokal merupakan identitas yang harus dikenalkan sejak dini. Dengan begitu, siswa tidak hanya memahami literasi dalam konteks akademis, tetapi juga mampu mengenali budaya dan sejarah daerahnya sendiri," ujarnya.
Dalam pelaksanaan kegiatan, workshop dan Forum Group Discussion (FGD) menjadi metode utama untuk menyampaikan materi terkait literasi berbasis kearifan lokal. Workshop membahas kegiatan literasi yang ramah dan menyenangkan, optimalisasi perpustakaan sebagai sumber belajar, dan pengenalan sumber literasi lokal.
"Model BTS (Baca Tulis Sampaikan) dipilih karena memungkinkan siswa untuk membaca, menulis, dan kemudian menyampaikan kembali apa yang telah mereka pelajari, yang akan memperkuat pemahaman dan kemampuan komunikasi mereka," jelas Sripit Widiastuti, S.Pd., M.Pd.
Baca Juga : Unisba Blitar Berdayakan Paguyuban Watu Bonang Melalui Ekowisata BRANTAS
Pada sesi FGD, para guru juga berkesempatan untuk berbagi pengalaman terkait kegiatan literasi yang telah dilaksanakan di sekolah mereka. Kemudian, mereka dibekali lembar kerja untuk menyusun rencana program literasi berbasis kearifan lokal Blitar menggunakan model BTS. Penyusunan program ini disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan masing-masing kelas. Dengan demikian, diharapkan program literasi dapat berjalan secara efektif dan bermakna.
Kepala Sekolah SD Muhammadiyah Kota Blitar, Tiwik Kusrini, menyampaikan apresiasinya terhadap inisiatif ini. Menurutnya, program literasi berbasis kearifan lokal dapat memberikan dampak positif pada perkembangan karakter dan kemampuan literasi siswa.
"Kami yakin bahwa dengan adanya kolaborasi ini, kegiatan literasi di sekolah akan lebih menarik dan bermakna bagi siswa. Selain itu, program ini juga akan membantu menjaga dan melestarikan warisan budaya lokal," tuturnya.
Program ini diharapkan bisa menjadi model bagi sekolah-sekolah lain di Kota Blitar dalam mengembangkan kegiatan literasi yang memadukan unsur kearifan lokal. Dengan begitu, pendidikan tidak hanya membentuk siswa secara akademis, tetapi juga memperkuat identitas mereka sebagai generasi penerus yang mencintai budaya dan tradisi daerah.
Kolaborasi antara Unisba Blitar dan SD Muhammadiyah ini menjadi langkah awal dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang berwawasan lokal. Dampaknya tidak hanya pada peningkatan minat baca dan kemampuan literasi siswa, namun juga pada pelestarian budaya dan tradisi Blitar. "Jika program ini berhasil, kami berharap dapat dijadikan referensi bagi sekolah-sekolah lain," tutup Ida Putriani.