JATIMTIMES - Arbiarso Wijatmoko, Fitness and Performance Coach menyebut adanya perbedaan menarik antara pria dan wanita dalam hal kebugaran. Ia mengamati bahwa dalam setiap acara kebugaran yang diisinya, peserta wanita selalu lebih banyak dibandingkan pria.
Mulanya, Arbiarso menganggap ini sebagai hal biasa, hingga akhirnya menemukan sebuah studi yang memberikan penjelasan lebih dalam. Sebuah studi yang berjudul "Body Dissatisfaction, Importance of Appearance, and Body Appreciation in Men and Women Over the Lifespan" (PMID: 31920737) menunjukkan bahwa wanita cenderung mengalami ketidakpuasan terhadap penampilan tubuh mereka lebih sering dibandingkan pria.
Baca Juga : Bulutangkis PON XXI 2024, 2 Tunggal Putri Jatim Melenggang ke Semifinal
"Inilah salah satu alasan mengapa lebih banyak wanita yang mengikuti program diet. Selain itu, lebih dari 90% kasus gangguan makan seperti anoreksia atau bulimia juga lebih banyak dialami oleh wanita," ungkap Arbiarso, dilansir Instagramnya @arbiarso.
Fakta ini menjelaskan mengapa wanita lebih sering terlihat aktif dalam hal menjaga kebugaran. Ketidakpuasan terhadap penampilan membuat mereka lebih terdorong untuk menjalani pola hidup sehat dan berolahraga.
Selain pria cenderung lebih sedikit yang terlibat dalam aktivitas kebugaran, sebuah studi menarik lainnya menunjukkan bahwa pria sebenarnya memiliki risiko kematian lebih tinggi dibandingkan wanita. Berdasarkan jurnal berjudul PMID 16873854, ada beberapa faktor yang menyebabkan pria memiliki umur yang lebih pendek dibandingkan wanita. Tiga alasan utama yang dijelaskan dalam jurnal tersebut adalah sebagai berikut:
1. Risiko Pekerjaan
Banyak pekerjaan yang dilakukan pria memiliki risiko tinggi. Contohnya pekerjaan di bidang konstruksi, pengiriman barang, atau pengemudi. Pekerjaan dengan risiko kecelakaan tinggi ini berkontribusi pada kematian dini pada pria.
2. Bunuh Diri
Data dari berbagai negara, termasuk Indonesia, menunjukkan bahwa tingkat kematian akibat bunuh diri jauh lebih tinggi pada pria daripada wanita. Hal ini sering kali terkait dengan tekanan mental yang tidak tertangani dengan baik.
3. Gaya Hidup yang Buruk
Pria lebih sering terlibat dalam pola makan yang buruk, konsumsi alkohol, dan merokok, yang sangat berkaitan dengan kematian dini. Menurut peneliti, faktor gaya hidup ini bisa dihindari dan diubah untuk meningkatkan harapan hidup.
Demikian 3 alasan utama mengapa pria sebenarnya memiliki risiko kematian lebih tinggi dibandingkan wanita berdasarkan jurnal PMID 16873854.
Baca Juga : Jatim Pimpin Perolehan Medali Boling PON XXI Aceh-Sumut 2024, Kejar 2 Emas Lagi
Arbiarso menegaskan bahwa meskipun kematian adalah takdir yang tak bisa dihindari, kita tetap bisa berusaha untuk hidup lebih sehat dan bugar. "Seperti halnya kita mengambil tindakan untuk menghindari kemalingan dengan mengunci pintu, atau mencari tempat teduh saat kepanasan, menjaga kesehatan pun membutuhkan upaya," tegasnya.
Ia pun mengajak para pria, terutama para ayah atau “daddy”, untuk lebih peduli pada kebugaran mereka. Meskipun ia sendiri tidak sempurna dalam hal kebugaran, setidaknya ada usaha untuk mencegah penyakit degeneratif yang dapat menyusahkan diri sendiri dan keluarga di kemudian hari.
Arbiarso mengajak para pria untuk memulai kebiasaan hidup sehat, tanpa harus mencapai standar kebugaran yang tinggi seperti memiliki otot besar, mengangkat beban ratusan kilogram, atau berlari marathon. Kebiasaan sehat bisa dimulai dari hal yang sederhana, seperti rutin berolahraga, menjaga pola makan, dan menghindari kebiasaan buruk seperti merokok dan minum alkohol berlebihan.
"Mulailah dari yang sederhana, kemudian tingkatkan secara bertahap. Dari yang mudah ke yang lebih sulit, dari yang sebentar ke yang lebih lama," tambahnya.
Ia juga mengingatkan bahwa kebugaran tidak harus selalu berfokus pada latihan yang berat. Melakukan olahraga ringan secara konsisten sudah bisa memberikan manfaat besar bagi kesehatan.
"Jadi, apakah para pria sudah mulai rutin berolahraga? Kini saatnya menjadi Bugar Daddy dan menjalani kehidupan yang lebih sehat serta panjang umur, demi keluarga dan diri sendiri," pungkas Arbiarso.