JATIMTIMES - "Adik-aaadik, siiap-siiiap," begitu awal mula Saprol menyapa puluhan bocah SDN Mojorejo 1 Kota Batu. Ajakan itu pun disambut dengan meriah olah anak-anak yang menunggu penampilan Saprol, Kamis (29/8/2024) lalu.
Saprol merupakan sosok petugas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol-PP) berbentuk boneka puppet yang lucu. Di tangan Edy Prayitno (36), pria asal Bumiaji, Kota Batu, petugas Satpol-PP tak lagi dipandang kaku dan keras. Melainkan hangat menyapa dan menyenangkan bagi anak-anak.
Baca Juga : Mahasiswa KKN Unikama Terapkan Cara Inovatif untuk Pencegahan Narkoba dan Kecanduan Game
Melalui karakter Saprol, Edy seakan mampu memberi nyawa boneka setinggi kurang lebih 50 sentimeter itu. Berinteraksi dengan jenaka, sembari menyampaikan pesan-pesan ringan yang mengena bagi penonton belia. Pesan dibalut sajian komedi yang memancing renyah gelak tawa para bocah.
Edy selalu datang dengan berseragam sebagai petugas Satpol PP ketika hendak tampil. Lengkap dengan baret cokelat dan ikat pinggang. Ditambah alat bantu microphone kecil untuk menyambungkan ke pengeras suara.
Ia kadang memulai dengan boneka kecil berbentuk tupai yang dimainkannya dengan lihai. Merambat di lengan kanan dan kirinya selayaknya peliharaan kecil berbulu lembut.
Saat atensi audiens didapat, Edy mulai mengeluarkan sang 'lakon' Saprol dari dalam tas. Tampilan Saprol yang nyaris serupa dengan kostum Satpol-PP yang dikenakan Edy memicu respon tersendiri. Ia tampil bak dua rekanan petugas yang kerap menyampaikan misi penting edukasi ke masyarakat luas.
Begitulah kebiasaan Edy yang sekarang sudah menjadi rutinitas. Mengedukasi anak-anak tentang peraturan-peraturan sederhana di lingkungan masyarakat. Meski, ia tetap profesional dan tak meninggalkan tanggung jawabnya sebagai petugas Satpol PP.
"Saya akhirnya bisa mengabdi ke negara sambil tetap berkesenian," tutur Edy saat menjamu JatimTIMES beberapa waktu lalu.
Raut wajah lelah tak begitu tampak dari pria ramah satu ini. Melempar senyum lebar dan candaan yang relevan, Edy dengan hangat menyambut siapa saja di rumahnya. Ia tak segan mengenalkan beberapa jenis elemen hiburan yang ia pelajari. Seperti hal beberapa permainan boneka seperti yang dilakoninya.
Ia juga memperlihatkan beberapa dokumentasi foto dan video penampilan-penampilannya di beberapa sekolah untuk menyampaikan edukasi.
"Kalau yang biasa saya mainkan namanya boneka puppet, pemainnya disebut puppeteer. Boneka yang rata-rata terbuat dari kain dan bisa membuka mulut lebar-lebar," jelas dia.
Jalan Edy sebagai puppeteer bukan berawal dari keisengan saja. Bahkan Edy adalah lulusan perguruan tinggi di bidang seni. Yakni alumnus Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta Surabaya atau STKW. Ia mendalami konsentrasi di seni pertunjukan. Sehingga, berbagai bidang kesenian juga kenyang ia pelajari di bangku kuliah.
Bagi Edy, mementaskan boneka, juga bercerita dengan dongeng saat ini adalah jalan yang baik untuk menyalurkan hobinya berkesenian. Sebab, jauh sebelum bertugas di Satpol-PP, ia bekerja sebagai pegawai pemerintah biasa. Edy sempat ditempatkan di Dinas Pendidikan Kota Batu selama sekitar tahun 2012 sampai dengan 2019.
Selama di sana, aktivitasnya di kesenian cukup banyak berkurang. Barulah ia dipindahkan saat masa pandemi Covid-19 untuk membantu tugas-tugas di Satpol-PP sebagai unsur penegak peraturan daerah (Perda).
"Dulu saya yang awalnya kerja 8 jam, di Satpol-PP kerja 12 jam kalau pas di penugasan pengamanan obyek vital. Saat itu lah saya mulai jenuh dan berinisiatif bermain boneka Puppet untuk bisa menghibur anak-anak," ceritanya.
Ia pun meminta kawan seniman yang dikenalnya untuk membuat boneka. Boneka yang digunakan untuk menyampaikan cerita. Boneka yang sengaja dibuat mirip dengan karakter Edy sendiri. Memiliki wajah ceria dan senang berbicara dengan siapa saja.
Permainan boneka uppet miliknya dengan nama candaan Saprol itu mendapat perhatian dari atasan. Singkat cerita, Edy sebagai puppeteer mulai dikenal dan didukung penuh oleh satuan untuk terus berkarya dan menghibur anak-anak. Sebab, permainan bonekanya yang jenaka dianggap sebagai inovasi pendekatan yang unik dan mengena bagi masyarakat, khususnya pelajar.
Seiring berjalannya waktu, Edy terus mempelajari cara terbaik menyampaikan pesan lewat boneka. Tak lupa dengan dongeng-dongeng yang dibawakan dengan muatan-muatan sosial.
"Salah satu awal boneka itu keluar saat terjadi bencana banjir bandang di Kota Batu tahun 2021. Di situ saya yang ditugaskan menjaga pengungsi salah satunya di tempat banyak anak-anak. Saya bawakan Saprol untuk menghibur," katanya.
Edy sama sekali tak ada niatan menggebu untuk menghilangkan trauma (trauma healing) ke anak-anak. Ia hanya ingin berkesenian dan mengajak anak-anak bercanda agar tidak bosan.
Akan tetapi, inisiatifnya itu ternyata berbuah hal positif. Banyak anak di antara para korban bisa kembali tersenyum pasca menghadapi kenyataan ruang hidupnya disapu bencana.
Ternyata, Saprol di tangan Edy mengembalikan senyum dan tawa lepas anak-anak korban banjir bandang. Edy merasa melihat anak-anak yang kembali riang karena cerita-cerita dan hiburan yang ia bawa menjadi pengalaman yang berkesan.
"Bahkan ada satu anak yang kehilangan kakeknya karena meninggal saat banjir bandang, sapi peliharaannya juga hanyut. Dia sudah berhari-hari tidak senyum karena trauma akhirnya tertawa lepas. Orang tuanya sampai heran, itu bagi saya pengalaman yang menarik dan berkesan," ungkap Edy.
Baca Juga : HUT RI dan PT SIER, Karyawan Adakan Kegiatan Apel Bersama Suku Tengger di Bromo
Sebagai seniman puppeteer, Edy juga tak berhenti belajar. Ia menjadi anggota Perhimpunan Pencerita Muslim Indonesia (PPMI) Malang Raya. Ia bergabung dengan komunitas untuk memperdalam kemampuannya dan saling berbagi.
Diceritakan Edy, pada momen tertentu Pj Wali Kota Batu Aries Agung Paewai meminta setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) membuat inovasi dalam hal penyuluhan. Saprol dengan pembawa cerita Edy si Pak Satpol akhirnya menjadi salah satu inovasi edukasi yang diajukan.
Hal tersebut disambut baik oleh jajaran pimpinan Pemerintah Kota Batu. Sebab Saprol menjadi metode atau media penyampai tentang peraturan daerah dengan dikemas unik dan menggelitik.
"Akhirnya di sana atasan saya meyakinkan agar Saprol bisa dijadikan metode penyuluhan ke anak-anak," sebutnya.
Nama Saprol yang semula hanya pelesetan dari Satpol, kini diberi makna lain sebagai akronim dari Saluran Informasi Satuan Polisi Pamong Praja. Ia akhirnya masuk salah satu karya yang ditunjukkan dalam ajang Innovative Government Award Kota Batu tahun 2022 lalu.
Dari Korban Banjir Bandang Hingga Sosialisasi Perda di Sekolah
Saprol akhirnya mulai banyak dikenal, salah satunya melalui media sosial Satpol-PP Kota Batu. Beberapa kegiatan sosialisasi akhirnya membuat Edy dan bonekanya banyak diundang di sekolah-sekolah. Informasi juga tersebar dari mulut ke mulut tentang Edy si pencerita dengan bonekanya.
"Akhirnya sering keluar dengan Saprol berseragam lengkap untuk agenda sosialisasi kepada anak-anak tentang peraturan daerah dan kepala daerah. Tentu yang bisa diterima oleh anak-anak. Seperti aturan penggunaan bahu jalan dan trotoar jalan, ketentraman dan ketertiban masyarakat," rinci Edy.
Dari sekolah PAUD hingga SD banyak yang meminta didatangi. Satpol-PP sendiri juga terbantu sosialisasi hal-hal dasar ke masyarakat sejak usia belia. Edy juga sekaligus menjalankan tugasnya sebagai bagian hubungan masyarakat di Satpol-PP Kota Batu.
Lambat laun, inovasi itu berkembang tak hanya mendatangi sekolah. Melainkan juga menyapa melalui jejaring online. Belum lama Edy merancang program Podcast dengan dirinya sebagai pembawa acara atau host dan Sarpol si boneka sebagai co-host.
Banyak cerita dan pengalaman menarik ia dapatkan selama bersama Saprol melakukan tugas-tugas edukasi. Pj Wali Kota juga sempat meminta Satpol-PP untuk membuat Satgas Anti Bullying. Salah satunya Edy yang berperan sebagai penyuluh.
Edy merasa senang, selain ini adalah hobinya, ia juga bertanggung jawab sebagai abdi negara. Meski sempat memiliki beberapa boneka lain, Edy merasa Saprol tetap yang paling mudah mengena di hati anak-anak. Melalui permainan boneka puppet pula, ia akhirnya merasa bisa mengikis hal buruk yang terlanjur menjadi stigma Satpol-PP.
"Di benak anak-anak akhirnya mereka tahu Satpol-PP bukan hanya tugasnya operasi masker, tapi juga bisa lucu, bisa ngasih edukasi, hiburan. Juga ngajak belajar. Meski tidak parah, tapi harus dikikis stigma itu," harapnya.
Ia berharap semakin banyak seniman puppet di Kota Batu. Sebab, dari yang ia tahu hanya ada empat seniman sejenis dirinya yang memainkan puppet yang pemainnya dari Kota Batu. Ia juga berharap agar komunitas puppeteer semakin berkembang.
Ia juga tak tinggal diam dan puas hanya dengan menjadi puppeteer. Ia juga sudah membentuk dan mendirikan sanggar seni pertunjukan di kampungnya. Anak-anak bisa belajar banyak hal, seperti tari, musik tradisional, dan banyak lainnya, termasuk elemen-elemen seni pertunjukan.
Dikenalnya Edy sebagai puppeteer dan Saprol sang boneka juga sampai ke luar kota. Bahkan, beberapa daerah menyampaikan langsung maksudnya untuk mereplikasi inovasi Satpol-PP Kota Batu dalam hal penyuluhan itu.
"Ada yang izin mereplikasi dari daerah-daerah lain. Seperti Malang, Banyuwangi, sampai Boyolali," tutur Edy.
Dengan permainan boneka Saprol lah, Edy merasa kembali menikmati sebagai seniman. Berkesenian dan menyampaikan pesan dengan nyaman. "Artinya tidak ada ilmu yang tidak berguna," ucapnya.