JATIMTIMES - Asy-Syifa’ binti Abdullah menjadi ilmuwan perempuan pertama dalam Islam. Banyak ulama terkemuka menilai Asy-Syifa sebagai ilmuwan perempuan pertama yang luar biasa.
Para ulama juga banyak mengakui, bahwa dalam diri Asy-Syifa memiliki keimanan, ketaqwaan, ilmu pengetahuan dan wawasan keIslaman yang begitu luas. Hidupnya ia dedikasikan untuk menebar kemanfaatan kepada masyarakat.
Baca Juga : 5 Penyebab Terjadinya KDRT Menurut dr Boyke, Hubungan Ranjang Salah Satunya
Asy-Syifa binti Abdullah juga menjadi salah satu perempuan yang dijelaskan dalam Al-Qur'an surat Al-Mumtahanah (60) :12).
"Wahai Nabi, apabila datang kepadamu perempuan-perempuan yang beriman untuk mengadakan janji setia, bahwa mereka tiada akan menyekutukan Allah, tidak akan mencuri, tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak-anaknya, tidak akan berbuat dusta yang mereka ada-adakan antara tangan dan kaki mereka dan tidak akan mendurhakaimu dalam urusan yang baik, maka terimalah janji setia mereka dan mohonkanlah ampunan kepada Allah untuk mereka. Sesungguhnya Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang".
Perempuan yang memiliki nama lengkap Asy-Syifa’ binti Abdullah bin Abdi Syams bin Khalaf bin Sadad bin Abdullah bin Qirath bin Razah bin Adi bin Ka’ab al-Qurasyiyyah al-Adawiyah ini, merupakan perempuan yang cerdas. Ia menjadi salah satu yang beruntung di antara penduduk lainnya, dimana mendapat kesempatan belajar baca dan tulis.
Kesempatan belajar ini ia manfaatkan betul untuk menggali ilmu sekaligus mengamalkan ilmu yang dimiliki kepada masyarakat.
Tak hanya ilmu baca tulis, namun Asy-Syifa juga memiliki pengetahuan dalam hal pengobatan tradisional, yakni meruqyah.
Kiprahnya dalam pengobatan tradisional, mulai banyak diakui. Maka pantas juga nama Asy-Syifa tersemat padanya dan memiliki arti sebagai obat penawar. Pengobatan yang terkenal darinya adalah Ruqyah Namlah yaitu pengobatan yang berkaitan dengan penyakit kulit.
Metode pengobatannya dengan ruqyah atau memanjatkan doa kepada Allah SWT dan memohon pertolongan dan juga kesembuhan dari penyakit.
Baca Juga : Serangan Sultan Agung ke Batavia: Ambisi Mengusir VOC dari Pulau Jawa
Ibnu Qayyim menjelaskan bahwa Asy-Syifa binti Abdullah merukiah sejak zaman Jahiliyah. Saat itu, ia banyak mengobati mereka yang menderita penyakit eksim. Kemudian, saat bertemu Rasulullah di Mekkah, ia meminta izin Rasulullah untuk melanjutkan kiprahnya demi berkontribusi dalam bidang kesehatan.
Ia kemudian berkata, "Wahai Rasulullah, aku biasa merukiah sejak zaman Jahiliyah untuk mengobati penyakit eksim, dan kini aku hendak menunjukkannya kepada engkau".
Setelah itu, Asy Syifa pun memperlihatkan kemampuannya. Saat itu, ia meruqyah penyakit bisul.
Hadits riwayat Abu Daud, "Di antara yang termasuk rukiah adalah doa: ‘Ya Allah Tuhan manusia, Yang Maha menghilangkan penyakit, sembuhkanlah, karena Engkau Maha Penyembuh, tiada yang dapat menyembuhkan selain Engkau, sembuh yang tidak terjangkiti penyakit lagi".