JATIMTIMES - Dalam judul berita "Bangunan Direnovasi, Kafe Pustaka UM Pamit Undur Diri" di salah satu media lokal, Wakil Rektor II Bidang Perencanaan, Sumber Daya dan Usaha UM Prof Dr Puji Handayati mengungkap alasan mengapa Kafe Pustaka ditutup. Menurut dia, bangunan untuk kafe tersebut akan direnovasi sesuai dengan program UM sebagai green campus. Pasalnya Puji melihat, semangat kafe tersebut untuk membangkitkan literasi mulai memudar. Dia kerap melihat tempatnya menjadi terkesan kumuh.
“Padahal perpustakaan jantungnya UM, pemandangan itu kurang bagus kalau dilihat,” ungkap Puji, seperti dilansir berita yang terbit di Radar Malang, Selasa (6/8/2024).
Baca Juga : Ngeyel Gunakan Sound Horeg, Siap-Siap Disita
Merespons klaim tersebut, David Ardyanta, Pengelola Kafe Pustaka menegaskan bahwa semangat untuk membangkitkan literasi tidaklah memudar. Sebab pada 27 Juli 2024 (3 hari sebelum berhenti operasional), Kafe Pustaka masih menggelar acara literasi.
"Minggu-minggu sebelumnya (tanggal 20 dan 13 Juli 2024) kami juga masih menggelar acara literasi," jelas David.
Beberapa komunitas yang biasa kerja sama dengan Kafe Pustaka, kata David, juga sudah menyiapkan agenda acara untuk bulan Agustus dan September, yang akhirnya harus dibatalkan karena kabar tutupnya Kafe Pustaka.
"Jadi penyataan WR II tentang semangat Kafe Pustaka yang memudar tidaklah benar! Pernyataan tersebut malah melukai semangat para pegiat literasi," tandasnya.
Sementara itu, pernyataan soal kumuh, menurut David juga tidaklah benar. Dalam video yang dibagikan pada 27 Juli 2024, tampak beberapa orang menggelar acara di dalam kafe pustaka. Lantainya pun tidak nampak kotor, beberapa meja kafe juga dipenuhi dengan buku dari para pegiat literasi.
David juga menunjukkan video di depan halaman Perpustakaan, di sebelah Asrama Lili dan tempat di sekitar depan Fakultas Ilmu Pendidikan, tampak banyak daun kering yang bertebaran di area tersebut. Padahal area tersebut tidak jauh dari perpustakaan dan terletak di dekat jalan utama.
"Jika Perpustakaan adalah jantungnya UM, maka karena tidak jauh dengan jantung, anggaplah tempat tersebut adalah paru-parunya UM. Paru-parunya njamur dan banyak sampah Bu! Biarlah foto dan video yang bicara, sehingga publik bisa membandingkannya," jelas David.
"Jadi di Kafe Pustaka, di tempat yang katanya kumuh inilah Bapak Pimpinan kita dulu sering mengadakan kuliah bagi mahasiswa S2nya sembari ngopi. Di tempat yang katanya kumuh inilah rekan-rekan Fakultas Ekonomi UM mengadakan acara Seri Literasi Ekonomi," tambah David.
Lebih jauh, David mengungkap jika Kafe Pustaka yang diklaim kumuh adalah tempat bertemunya nama-nama besar para intelektual, penulis dan seniman, baik nasional maupun internasional untuk mentransfer ilmu dan gagasan-gagasannya.
"Di tempat yang katanya kumuh inilah banyak anak-anakmu (mahasiswa UM) mengerjakan tugas-tugas kuliahnya, mengerjakan skripsinya, revisinya, tesisnya, dan disertasinya," ujarnya.
"Di tempat yang katanya kumuh inilah sebagian dosen UM mengerjakan tulisan, membimbing skripsi, tesis dan disertasi mahasiswanya. Di tempat yang katanya kumuh inilah beberapa guru besar mengerjakan tulisan dan jurnal-jurnalnya," imbuhnya.
Baca Juga : Sosok dan Profil Chelsea JKT 48 Usai Dituding Lakukan Plagiarisme
Menurut David, setiap gelaran literasi yang diadakan di Kafe Pustaka selalu dicantumkan nama UM, meski tak pakai anggaran keuangan UM. "Malah kami yang tak jarang keluar biaya sendiri, entah itu untuk jamuan maupun akomodasi," katanya.
"Ruangan yang kami tempati dikenakan sewa dan ditambah potongan 15% dari setiap penjualan (omset) sesuai aturan yang baru. Kegiatan-kegiatan literasi yang kami lakukan tentu selalu mencantumkan nama UM dan memberikan keuntungan immaterial. Lalu, apakah keuntungan immaterial tidak memiliki nilai? Saya kira publik bisa menjawab dengan baik dengan berbagai testimoninya," ungkap David.
"Kami tidak meminta hadiah atas apa yang kami lakukan. Kami sangat senang, akhir bulan Desember lalu kami mendapatkan kalender UM yang bagus dan sangat berguna untuk mengatur jadwal acara-acara kami," tambahnya.
Di akhir pernyataannya, David menegaskan bahwa Kafe Pustaka bukanlah kantin, melainkan kafe akademik yang memiliki visi misi membangun literasi. Sebenarnya banyak mahasiswa dan sivitas akademika UM serta publik yang sudah memahami ini, beserta nilai keuntungan immaterialnya.
"Melihat capaian citra positif bagi UM di bidang literasi, jika ada kekurangan pada Kafe Pustaka bukankah seharusnya justru dibantu?" ujar David.
Acara #kafepustakapamit pun, menurut David telah usai digelar dengan baik. Ucapan terima kasih pun disampaikan David kepada seluruh jajaran sivitas akademika UM, karena UM sebagai rumah Kafe Pustaka.
"Kami selalu menjaga nama dan turut membangun citra UM dengan kegiatan-kegiatan literasi kami. Kami sangat menyayangkan, justru setelah kami pamit, Bu Puji selaku WR II malah memberikan pernyataan tak berdasar tersebut. Alasan yang mengada-ada tanpa data," jelasnya.
"Jika memang WR II memiliki alasan lain untuk menutup Kafe Pustaka, sampaikanlah dengan jujur, bangga, bermartabat dan berdasar. Agar warga UM dan publik tahu, kenapa tempat yang bermanfaat dan memiliki nilai bagi UM dan publik justru malah ditutup," pungkas David.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada tanggapan lanjutan dari Wakil Rektor II Bidang Perencanaan, Sumber Daya dan Usaha UM Prof Dr Puji Handayati.